dc.description.abstract | Nyamuk A. aegypti L. ini merupakan vektor penyebab penyakit demam
Demam Berdarah Dengue (Yunita, 2009). Nyamuk ini menularkan virus dengue
penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue. Virus dengue yang diperoleh dari
individu yang terinfeksi berkembangbiak dalam perut dan kelenjar ludah nyamuk.
Penyakit demam berdarah ini, sejak pertama kali ditemukan di Indonesia telah
menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah
yang terjangkit. Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) tersebut terus
meningkat dari tahun ke tahun sehingga membutuhkan penanganan yang serius dari
berbagai pihak (Farmacia, 2008).
Sampai saat ini pengendalian nyamuk Aedes aegypti L. sering dilakukan
dengan menggunakan insektisida sintetik, yaitu bahan kimia sintetik yang efektif
membunuh nyamuk A. aegypti L. namun efek lain yang ditimbulkan sangat
berbahaya terhadap lingkungan, seperti pencemaran air minum, resistensi serangga,
dan bahaya lainnya yang dapat menurunkan kualitas lingkungan. Dampak negatif
yang ditimbulkan akibat penggunaan insektisida sintetik tersebut memerlukan suatu
alternatif pengendalian yang lebih aman dan ramah lingkungan, salah satu
diantaranya yakni dengan penggunaan insektisida botani.
Tanaman yang juga memiliki potensi sebagai anti nyamuk adalah beberapa
jenis tanaman dari famili Annonaceae, seperti sirsak (Annona muricata L.) dan
srikaya (Annona squamosa L.) (Kardinan, 2003). Biji sirsak dan biji srikaya antara
lain mengandung saponin, alkaloid dan senyawa aktif asetogenin yang bersifat
insektisida (Kardinan, 1999:30). Untuk menguji adanya perbedaan toksisitas antara
kedua biji tersebut terhadap larva nyamuk Aedes aegypti L, penulis melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Toksisitas Ekstrak Biji Sirsak (Annona muricata
L.) dengan Ekstrak Biji Srikaya (Annona squamosa L.) terhadap Mortalitas Larva
Nyamuk A. aegypti L.”
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Fakultas Farmasi
Universitas Jember dan Laboratorium Zoologi FKIP Universitas Jember. Penelitian
ini disusun dengan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 8 perlakuan dan 2
kontrol, masing-masing perlakuan menggunakan 3 kali pengulangan dengan waktu
dedah 24 jam dan 48 jam. Perbedaan rata-rata mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti
L. pada tiap perlakuan menggunakan ekstrak biji sirsak (A. muricata L.) dan ekstrak
biji srikaya (A. squamosa L.) di analisis menggunakan Analisis Varian (ANAVA),
jika berbeda nyata dilanjutkan dengan uji Duncan dengan taraf 5%. Nilai LC
-24
jam, LC
50
-48 jam, LC
90
-24 jam, dan LC
-48 jam dari serial konsentrasi ekstrak biji
sirsak (A. muricata L.) dan biji srikaya (A. squamosa L.) digunakan analisis Probit
dengan menggunakan SPSS for Windows versi 11.5.
50
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa semakin tinggi
konsentrasi ekstrak biji sirsak dan ekstrak biji srikaya menyebabkan meningkatnya
mortalitas larva nyamuk A. aegypti L. Berdasarkan Tabel 4.13, LC
dan
LC
50
-48 jam
ekstrak biji sirsak
adalah 343,242 ppm dan 290,302 ppm, sedangkan
LC
90
-24 jam
dan LC
90
-48 jam adalah 572,703 ppm dan 539,279 ppm. Selain itu,
dapat diketahui juga bahwa LC
50
-24 jam dan LC
-48 jam ekstrak biji srikaya adalah
213,960 ppm dan 137,743 ppm, sedangkan LC
ix
50
90
- 24 jam dan LC
-48 jam berturutturut
adalah 490,786 ppm dan 400,053 ppm. Berdasarkan pada besarnya LC
90
dan
LC
90
dari
penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak biji
srikaya (A. squamosa L.) lebih efektif digunakan sebagai larvasida dibandingkan
dengan ekstrak biji sirsak (A. muricata L.). | en_US |