Gambaran Kebutuhan Perawatan Maloklusi Berdasarkan Occlusion Feature Index (OFI) pada Santriwati Pondok Pesantren Al-Qodiri dan Pondok Pesantren An-Nuriyah; Shovia Vela Sita, 06161010101
Abstract
Maloklusi ialah oklusi gigi yang menyimpang dari hubungan normal pada
gigi-geligi pada suatu rahang antara gigi geligi rahang atas dan rahang bawah.
Maloklusi masih merupakan masalah penting dalam kesehatan gigi di Indonesia, dan
menduduki urutan ketiga setelah karies dan penyakit periodontal. Sejak puluhan
tahun yang lalu sampai data terakhir diperoleh, prevalensinya masih tetap tinggi,
sekitar 80 % (Koesoemaharja, 1991). Sejauh ini telah banyak dilakukan penelitian
mengenai prevalensi maloklusi, tetapi penelitian yang menyertakan tingkat keparahan
maloklusi dan kebutuhan perawatan ortodonti belum banyak, padahal data tentang
tersebut diperlukan untuk menyusun program kesehatan gigi berkenaan dengan
sumber daya. Salah satu pengukuran tingkat keparahan maloklusi adalah metode
Occlusion Feature Index (OFI) yaitu indeks sederhana, obyektif tidak memerlukan
peralatan diagnostik yang rumit, model gnathostatik, alat sefalometri serta
memerlukan waktu penilaian yang singkat dan mudah. Indeks ini dikembangkan oleh
national institute of dental research pada tahun 1957dan telah diterapkan dan
dievaluasi oleh Paolton dan Aaronson 1960 dalam penelitiannya.
Santriwati pondok pesantren Al-Qodiri dan An-Nuriyah merupakan subyek
utama dalam penelitian ini. Data mengenai tingkat keparahan maloklusi dan
kebutuhan perawatan ortodotia pada santriwati pondok pesantren Al-Qodiri dan An-
Nuriyah sangatlah kurang.
Jenis penelitian adalah observasi klinis. Penelitian dilakukan pada bulan
Februari- Juni 2010. Besar subyek penelitian berdasarkan pada purposive sampling
yang terdiri dari 30 santriwati pada pondok pesantren Al-Qodiri dan 30 santriwati pada pondok pesantren An-Nuriyah. Subyek dicetak rahang atas dan rahang bawah,
kemudian di cor dengan gips biru sehingga didapat model studi yang selanjutnya
akan diukur tingkat keparahan maloklusi dan kebutuhan perawatan ortodontinya.
Hasil penelitian kemudian di analisis untuk melihat gambaran kebutuhan perawatan
ortodontinya antara pondok pesantren Al-Qodiri dan An-Nuriyah.
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa tingkat keparahan dan tingkat
kebutuhan perawatan maloklusi pada pondok pesantren Al-Qodiri yaitu, sebesar 50%
termasuk kategori slight (maloklusi ringan sekali) dengan skor rata-rata 0,53, 40%
merupakan kategori mild (maloklusi ringan) dengan skor rata-rata 2,09, 10%
merupakan kategori moderate (maloklusi sedang) dengan skor rata-rata 4,58.
Sedangkan tingkat keparahan maloklusi dan kebutuhan perawatan ortodonti pada
pondok pesantren An-Nuriyah yaitu, sebesar 43,3% terasuk kategori slight (maloklusi
ringan sekali) dengan skor rata-rata 0,57, 46,7% merupakan kategori mild (maloklusi
ringan) dengan skor rata-rata 2,39 , 10% merupakan kategori moderate (maloklusi
sedang) dengan skor rata-rata 5,25. Tidak ditemukan kategori severe (maloklusi
parah) pada santriwati pondok pesantren Al-Qodiri maupun pada santriwati pondok
pesantren An-Nuriyah.
Nilai skor rata-rata tingkat keparahan maloklusi dan kebutuhan perawatan
maloklusi pada pondok pesantren tradisional (1,88) lebih besar dari pada pondok
pesantren modern (1,55) sehingga lebih membutuhkan peningkatan sarana dan
prasarana serta kesadaran tentang kesehatan gigi dan mulut. Adapun perbedaan nilai
skor rata-rata dapat diakibatkan perbedaan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan
mulut dapat menghasilkan gambaran keparahan maloklusi dan kebutuhan perawatan
ortodonti yang berbeda pula.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2095]