PENGARUH REBUSAN DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava, Linn) , REBUSAN KULIT KAYU AKASIA (Acacia mangium, Willd), dan AIR KAPUR SEBAGAI BAHAN PENGAWET TERHADAP KUALITAS TELUR AYAM RAS.
Abstract
Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi
tercapainya kecukupan gizi masyarakat. Salah satu cara untuk menjaga kualitas telur
tetap tinggi (tanpa kulkas) meskipun disimpan lebih lama, terutama dalam bentuk
segar adalah dengan mengawetkan dengan bahan alami yang murah dan mudah di
dapat dilingkungan sekitar. Bahan alami berupa tanin banyak terdapat didalam
tumbuhan berpembuluh, khususnya dalam jaringan kayu, selain itu banyak terdapat
pada bagian daunnya. Contohnya pada serbuk kulit kayu akasia dan daun jambu biji.
Alternatif lain dalam pengawetan telur adalah dengan menggunakan air kapur yang
mengandung kalsium.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rebusan daun jambu biji
(Psidium guajava Linn), rebusan kulit kayu akasia (Acacia mangium Willd), dan air
kapur sebagai bahan pengawet telur ayam ras dan mengetahui perbedaan antara
rebusan daun jambu biji (Psidium guajava Linn), rebusan kulit kayu akasia (Acacia
mangium Willd), dan air kapur sebagai bahan pengawet telur ayam ras dengan telur
yang tidak mendapat perlakuan.Penelitian ini dilakukan di rumah peneliti Jl.Mundu VII/63 Perumnas Patrang
Jember untuk pengamatan, pengukuran, dan pengambilan data agar lebih mudah
serta efisien tempat dan waktu. Penelitian dilakukan pada bulan September 2010.
Penelitian mengunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). terdiri dari 3 perlakuan
dan 1 kontrol dengan 1 kali ulangan masing-masing ulangan terdiri dari 5 butir telur
ayam ras segar. Lama waktu penelitian adalah 20 hari. Pengamatan dilakukan setiap
4 hari setelah 3 hari perendaman. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah
kedalaman rongga udara dan pH telur, bau telur, dan kondisi fisik bagian dalam telur.
Untuk mengetahui adanya pengaruh rebusan daun jambu biji, rebusan kayu akasia,
dan air kapur sebagai bahan pengawet telur terhadap kedalaman rongga udara, pH
telur, bau telur, dan kondisi fisik bagian dalam telur. Data yang diperoleh akan
dianalisis secara statistik dengan menggunakan ANOVA (uji F). Jika dari hasil
analisis berbeda nyata 5%, maka dilanjutkan dengan Uji Duncan. Semua data
tersebut diolah menggunakan program SPSS versi 16.0.
Hasil dari penelitian setelah dilakukan analisis Anava menunjukan bahwa ada
yang berpengaruh nyata dan tidak, antara rebusan daun jambu biji (Psidium guajava
Linn), rebusan kulit kayu akasia (Acacia mangium Willd), dan air kapur sebagai
bahan pengawet telur ayam ras terhadap kedalaman rongga udara, pH telur, dan
kondisi fisik bagian dalam telur dan pada bau telur pada tiap pengamatan. Dimana
nilai kedalaman rongga udara adalah rata-rata pada kontrol 0,456 cm, daun jambu
biji 0,408 cm, akasia 0,396 cm, dan air kapur 0,364 cm. Pengaruh perlakuan pada
derajat keasaman adalah nilai rata-rata pada kontrol sebesar 8,544, pada daun jambu
biji 8,424, pada Akasia 8,264, dan pada Air kapur 8,212. Pengaruh perlakuan pada
kondisi fisik dalam telur ayam ras dengan nilai rata-rata pada kontrol 3,12, daun
jambu biji 3,52, akasia 3,52, dan air kapur 3,8. Pengaruh perlakuan pada uji
organoleptik bau (aroma) dengan nilai rata-rata pada kontrol yaitu 3,554, daun jambu
biji 3,578, akasia 3,64, dan air kapur 3,917. Kemudian, ada perbedaan antara rebusan
daun jambu biji (Psidium guajava Linn), rebusan kulit kayu akasia (Acacia mangium
Willd), dan air kapur sebagai bahan pengawet telur ayam ras dengan telur yang
tidak mendapat perlakuan terhadap kedalaman rongga udara, pH telur, kondisi fisik
bagian dalam telur, dan aroma/bau pada telur. Nilai hasil yang paling baik adalah
perlakuan dengan menggunakan rendaman air kapur.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada yang berpengaruh nyata dan tidak
bepengaruh nyata antara rebusan daun jambu biji (Psidium guajava Linn), rebusan
kulit kayu akasia (Acacia mangium Willd), dan air kapur sebagai bahan pengawet
telur ayam ras terhadap kedalaman rongga udara, pH telur, kondisi fisik bagian
dalam telur, dan pada bau (aroma) telur. Terdapat perbedaan antara rebusan daun
jambu biji (Psidium guajava Linn), rebusan kulit kayu akasia (Acacia mangium
Willd), dan air kapur sebagai bahan pengawet telur ayam ras, dengan telur yang
tidak mendapat perlakuan terhadap kedalaman rongga udara, pH telur, kondisi fisik
bagian dalam telur, dan pada bau (aroma) telur. Hasil yang paling baik secara
akumulasi adalah perlakuan dengan menggunakan rendaman air kapur.