Pengaruh Model Siklus Belajar (Learning Cycle) Dengan Metode Eksperimen Pada Pembelajaran Fisika Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) Di SMP Negeri 5 Tanggul
Abstract
Hasil belajar fisika siswa pada pembelajaran fisika rata-rata lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil belajar mata pelajaran eksakta yang lain, hal ini disebabkan karena model pembelajaran yang digunakan di sekolah tidak bisa mengembangkan kompetensi siswa secara keseluruhan, seperti kemampuan akademis, keterampilan hidup, pengembangan moral, pembentukan karakter yang kuat, kebiasaan hidup sehat, semangat bekerja sama, dan apresiasi estetika terhadap dunia sekitarnya. Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan perbaikan pembelajaran menggunakan model siklus belajar (learning cycle) dengan metode eksperimen pada pembelajaran fisika.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang bertujuan untuk mengkaji pengaruh Penerapan model siklus belajar (learning cycle) dengan metode eksperimen terhadap keterlaksanaan pembelajaran fisika berorientasi kecakapan hidup (life skill) dan hasil belajar di SMP Negeri 5 Tanggul. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, test, dan dokumentasi. Analisis data keterlaksanaan pembelajaran berorientasi kecakapan hidup (life skill) menggunakan prosentase, sedangkan analisis data pengaruh penerapan model siklus belajar (learning cycle) dengan metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa menggunakan uji t tes.
Berdasarkan hasil analisis, rata-rata besarnya keterlaksanaan pembelajaran fisika berorientasi kecakapan hidup (life skill) dengan menggunakan model siklus belajar (learning cycle) dengan metode eksperimen, yaitu kecakapan personal 84,52%, kecakapan berpikir 75,92%, kecakapan sosial 83,59%, kecakapan akademik 79,62%, kecakapan vokasional 96,03% dan porsentase rata-rata keterlaksanaan pembelajaran fisika berorientasi kecakapan hidup (life skill) siswa secara klasikal adalah 83,93%. Setelah dikonsultasikan pada kriteria keterlaksanaan pembelajaran berorientasi kecakapan hidup maka nilai 83,93% termasuk dalam kriteria sangat terlaksana. Berdasarkan uji t tes di dapatkan bahwa F hitung untuk selisih (beda) nilai post test dan pre test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah 11,320 dengan probabilitas 0,000. Oleh karena probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan diterima, berdasarkan hasil tersebut maka permasalahan kedua dapat terjawab yaitu model siklus belajar (learning cycle) dengan metode eksperimen berpengaruh terhadap hasil belajar fisika, karena hasil selisih nilai post-test dengan nilai pre-test (Δ = post-test - pre-test) bernilai positif maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model siklus belajar (learning cycle) dengan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri 5 Tanggul. Hasil belajar rata-rata pada kelas eksperimen yang diberi pembelajaran menggunakan model siklus belajar (learning cycle) dengan metode eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil belajar rata-rata pada kelas kontrol yang diberi pembelajaran menggunakan model konvensional. Hasil ini dapat dilihat pada tabel 4.4, hasil belajar rata-rata pada kelas eksperimen = 73,10 sedangkan hasil belajar rata-rata pada kelas kontrol = 60,59.
Kesimpulan penelitian ini adalah: (1) Penerapan model siklus belajar (learning cycle) dengan metode eksperimen dapat meningkatkan keterlaksanaan pembelajaran berorientasi kecakapan hidup (life skill) di SMP Negeri 5 Tanggul dengan persentase secara klasikal mencapai 83,93% daan termasuk dalam kriteria sangat terlaksana; (2) Penerapan model siklus belajar (learning cycle) dengan metode eksperimen berpengaruh positif yaitu dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri 5 Tanggul. Hasil belajar rata-rata pada kelas eksperimen yang diberi pembelajaran menggunakan model siklus belajar (learning cycle) dengan metode eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil belajar rata-rata pada kelas kontrol yang diberi pembelajaran menggunakan model konvensional.