PEMULUNG PEREMPUAN (Studi Deskripsi Kehidupan 6 Pemulung Perempuan di Tempat Pembuangan Akhir Desa Kertosari Kecamatan Pakusari Jember)
Abstract
Pemulung adalah orang yang bekerja mengumpulkan sampah, pekerjaan ini
dilakukan setiap hari untuk mendapatkan penghasilan dari penjelasan Ratna
(2006:10). Minimnya kemampuan, keterampilan, pendidikan dan faktor ekonomi
untuk memenuhi kebutuhan keluarga, serta didukung dengan lokasi TPA yang
berada tidak jauh dari pemukiman membuat mereka memutuskan untuk menjadi
pemulung.
Padahal perkerjaan yang mereka lakukan selalu bergulat dengan sampah
yang kotor, ada pula sebagian warga memandang pekerjaan tersebut sebagai
pekerjaan yang hiba dan kotor. Joko (1995:4) juga menambahkan seringkali juga
pekerjaan pemulung dipresepsikan sebagai golongan masyarakat kelas bawah,
kotor, dan jorok, sehingga mereka seolah terkucil dari kehidupan masyarakat.
Pekerjaan pemulung juga sangat jauh berbeda sekali dengan pekerjaan yang lain
yang sangat jauh dari bersih, dan memiliki banyak tantangan seperti keselamatan,
persaingan dengan pemulung lainnya, apalagi pekerjaan itu harus dilakukan oleh
para perempuan utamanya ibu rumahtangga. Oleh sebab itu maka rumusan
masalah yang dipilih adalah Bagaimana kehidupan pemulung perempuan di
dalam keluarga, di tempat kerja mereka, dan pada lingkungan sosialnya di
masyarakat?
Penelitian ini memakai desain penelitian kualitatif dengan metode etnografi.
Etnografi dipilih karena peneliti berusaha untuk memahami cara hidup suatu
kelompok pemulung perempuan. Oleh sebab itu, dalam pembahasan di dapat
deskripsi tentang pengalaman kehidupan pemulung perempuan sejak kecil hingga
dewasa, dan memutuskan untuk bekerja menjadi pemulung. Selain itu meskipun
viii
para pemulung perempuan bekerja di luar rumah mereka tak lantas meninggalkan
pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Pemenuhan fungsi dalam keluarga tetap
mereka jalankan dengan baik, meskipun terkadang harus terhalang dengan
pekerjaan di luar rumah.
Bukan hanya interaksi dalam keluarga saja yang dibangun oleh pemulung
perempuan. Mereka juga dituntut untuk bisa berinteraksi di lingkungan tempat
mereka bekerja maupun didalam lingkungan masyarakat sebagai mahluk sosial.
Pada lingkungan masyarakat interaksi yang mereka bangun dengan ikut serta
dalam arisan atau pun mereka ikut membantu tetangga dan saudaranya yang
sedang mengadakan hajatan. Mereka rela tidak bekerja selama hajatannya selesai
untuk membantu tetangganya. Kerjasama, pertikaian, dan persaingan pun juga
merupakan suatu bentuk interaksi sosial yang dibangun para pemulung untuk
tetap bertahan bekerja di TPA dengan teman-temannya yang lain.