dc.description.abstract | Diperlukan kemampuan untuk memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah di era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran yang sistematis, logis dan kritis yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika. Namun sampai saat ini masih banyak siswa yang merasa matematika sebagai mata pelajaran yang sulit, tidak menyenangkan. Hal tersebut dikarenakan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal matematika. Permasalahan tersebut juga terjadi di MTs Ummul Quro Glenmore. Guru menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran matematika sehingga siswa menjadi pasif. Menurut Van de Henvel-Panhuizen dalam Zainurie (2007), bila anak belajar matematika terpisah dari pengalaman mereka sehari-hari maka anak akan cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan matematika. Berdasarkan pendapat tersebut pembelajaran matematika di kelas hendaknya ditekankan pada keterkaitan antara konsep-konsep matematika dengan pengalaman siswa sehari-hari. Salah satu pembelajaran matematika yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematize of everyday experience) dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari adalah Pembelajaran Matematika Realistik (PMR). Pada pembelajaran matematika siswa kelas VII terdapat pokok bahasan segiempat dan segitiga. Luas trapesium dan layang-layang adalah salah satu sub pokok bahasan dalam pembelajaran matematika yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses penerapan, aktivitas siswa dan guru, serta peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas VII MTs Ummul Quro Glenmore selama penerapan pembelajaran matematika realistik. Jenis penelitian ini
adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang menggunakan dua siklus yakni siklus I
dan siklus II.
Penerapan pembelajaran matematika realistik pada penelitian ini diawali
menumbuhkan minat siswa dengan melakukan tanya jawab mengenai contoh-contoh
dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan trapesium dan layang-layang yang
kemudian dilanjutkan dengan pemberian permasalahan mengenai materi tersebut.
Permasalahan tersebut tertuang di dalam LKS yang telah disiapkan. Selanjutnya,
kegiatan dilanjutkan dengan presentasi dan diskusi oleh siswa. Setelah presentasi
dilaksanakan maka guru membuat kesimpulan dan menjelaskan bagaimana penyelesaian
permasalahan tersebut. Pembelajaran ini berlangsung dua siklus, yakni pembelajaran I
pada siklus I dan pembelajaran II pada siklus II dimana keduanya memiliki persamaan
dalam metode namun berbeda dalam materi pembelajaran.
Berdasarkan tindakan pada siklus I dan siklus II pada tanggal 24 Mei -03 Juni
2010, diperoleh hasil bahwa pada siklus I persentase aktivitas siswa sebesar 77,63%
dengan kategori baik. Aktivitas siswa pada siklus II meningkat menjadi 89,33% dengan
kategori baik. Untuk aktivitas guru, juga terjadi peningkatan dari 80,95% (baik) pada
siklus I menjadi 95,23% (sangat baik) pada siklus II. Sedangkan untuk persentase
ketuntasan hasil belajar secara klasikal adalah 68 % dan terdapat 8 siswa yang belum
tuntas secara individu dari 25 siswa yang mengikuti tes, sedangkan pada siklus II
persentase ketuntasan hasil belajar secara klasikal adalah 80 % dan terdapat 5 siswa
yang belum tuntas secara individudari 25 siswa yang mengikuti tes.
Berdasarkan analisis tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran
matematika realistik ini mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII MTs
Ummul Quro Glenmore Banyuwangi. | en_US |