KADAR KALSIUM DALAM SALIVA BUATAN SETELAH APLIKASI CPP-ACP (Casein Phosphopeptides-Amorphous Calcium Phosphate)
Abstract
Karies gigi adalah salah satu penyakit gigi yang umum diderita manusia.
Tanda makroskopik paling awal dari karies pada enamel adalah white spot. White
spot melibatkan proses kimia dimana bahan anorganik gigi mengalami
demineralisasi. Bahan anorganik gigi salah satunya adalah kalsium, komponen
penting penyusun enamel dan dentin, tetapi terkadang penyerapan kalsium dari
makanan tidak maksimal. Hal ini dikarenakan banyak komponen makanan yang
menghambat penyerapan kalsium seperti fiber dan oksalat. Penyerapan kalsium di
lingkungan rongga mulut juga dipengaruhi oleh saliva. Aplikasi CPP-ACP dapat
melindungi gigi dari demineralisasi. CPP-ACP mengandung konsentasi kalsium dan
fosfat tinggi yang dibutuhkan gigi. CPP-ACP dioleskan di permukaan gigi,
meningkatkan level kalsium fosfat di plak. Oleh karena ini, CPP-ACP
mempertahankan kejenuhan yang menghalangi demineralisasi enamel dan
meningkatkan remineralisasi. Pengulasan CPP-ACP biasanya dilakukan terus
menerus secara rutin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar kalsium di
dalam saliva buatan setelah aplikasi CPP-ACP pada hari ke-1, 3, dan 7.
Penelitian eksperimental laboratoris ini menggunakan rancangan the post test
only control group design.Variabel yang diamati adalah kadar kalsium dalam saliva
buatan. Media perendaman menggunakan saliva buatan dengan pH 7,00 dan saliva
buatan dengan pH 4,75. Saliva buatan pH 4,75 dihasilkan dari penurunan pH saliva
dari pH 7,00 menjadi 4,75. Sampel penelitian menggunakan mahkota gigi premolar
yang dibagi menjadi dua bagian yaitu bukal dan palatal. Enam belas sampel ditutup
cat kuku menyisakan dimensi persegi enamel berukuran 4mm x 4mm di permukaan
bukal atau palatal. Sampel dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok A (Saliva
buatan pH 7,00 tanpa aplikasi CPP-ACP), B (Saliva buatan pH 7,00 dengan aplikasi
CPP-ACP), C (Saliva buatan pH 4,75 tanpa aplikasi CPP-ACP) dan D (Saliva buatan
pH 4,75 dengan aplikasi CPP-ACP). Sampel dimasukkan ke dalam saliva buatan
yang diganti setiap hari dan ditempatkan di inkubator bersuhu 37⁰C dengan durasi 7
hari. Aplikasi CPP-ACP pada sampel potongan gigi diaplikasikan rutin selama 7 hari
dengan pengulangan setiap 24 jam. Kadar kalsium dalam saliva buatan dihitung
dengan AAS (Atomic Absorbtion Spectrofotometer).
Analisis data menggunakan Kruskal Wallis Test dilanjutkan Mann Whitney
Test, menunjukkan bahwa pada masing-masing kelompok perlakuan terdapat
perbedaan yang bermakna dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05), kecuali
pada hari ke-1 kelompok A1 dibandingkan dengan kelompok A3 tidak terdapat
perbedaan yang bermakna, nilai p lebih besar dari 0,05 yaitu 0,149 (p>0,05), pada
hari ke-1 kelompok B (B1) dibandingkan dengan kelompok D (D1) tidak terdapat
perbedaan yang bermakna, nilai p lebih besar dari 0,05 yaitu 0,386 (p>0,05), dan
pada hari ke-7 kelompok B (B7) dibandingkan dengan kelompok D (D7) tidak
terdapat perbedaan yang bermakna, nilai p lebih besar dari 0,05 yaitu 0,083 (p>0,05).
Kelompok dengan aplikasi CPP-ACP (kelompok B dan D) mempunyai kadar kalsium
yang lebih tinggi dari kelompok tanpa aplikasi CPP-ACP (kelompok A dan C), dan
mengalami peningkatan kadar kalsium dari hari-1, 3 dan 7. Kesimpulan penelitian ini
adalah terdapat peningkatan kadar kalsium dalam saliva buatan setelah aplikasi CPPACP
dari
hari
ke-1,
ke-3,
dan
ke-7.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2086]