PERBEDAAN STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK TUNA RUNGU DENGAN ANAK TIDAK TUNA RUNGU USIA 6 SAMPAI 12 TAHUN
Abstract
Penelitian yang dilakukan diberbagai negara di dunia menunjukkan
gambaran kecenderungan meningkatnya jumlah gigi yang terkena karies
(Situmorang,2004:6). Anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap
terjadinya karies gigi (Wijayakusuma, 2004:3). Penderita cacat mempunyai kesehatan
mulut yang buruk dari pada penderita normal. Penderita cacat mempunyai
keterbatasan untuk melaksanakan prosedur membersihkan mulut (Noerdin, 1999:36),
sedangkan Ami Angela (2005:4) menjelaskan bahwa anak dengan ketidakmampuan
mental atau cacat fisik terutama cacat tangan memerlukan perhatian khusus secara
terus menerus disebabkan anak ini mempunyai keterbatasan untuk melaksanakan
prosedur membersihkan mulutnya dan membutuhkan bantuan dari orang lain.
Penelitian Girsang (2008:1) menjelaskan bahwa indeks debris, kalkulus, oral
hyangiene serta DMF-T lebih tinggi pada anak yang tuna netra dibandingkan pada
anak tidak tuna netra.
Tuna rungu merupakan jenis dari cacat fisik yang belum banyak diteliti.
Tuna rungu adalah salah satu kelainan fisik yang berhubungan dengan berkurangnya
pendengaran yang dapat menghambat perkembangan bicara dan bahasanya
(Parmanarian, 1995:26). Peneliti ingin melajutkan penelitian dengan mengambil jenis
populasi lain yaitu anak tuna rungu dengan alasan keterbatasan yang dimiliki.
Penelitian ini bertujuan melihat Perbedaan Status Kesehatan Gigi dan Mulut Pada
Anak Tuna Rungu dengan Anak tidak Tuna Rungu Usia 6 Sampai 12 tahun.
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan
pendekatan crosssectional. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2009. Sampel
penelitian dibedakan atas kelompok tuna rungu dengan kelompok tidak tuna rungu.
Kelompok tuna rungu diambil dari Taman Pendidikan dan Asuhan II Desa BintoroPatrang,
Sekolah
Dasar
Luar
Biasa
Patrang,
Taman
Pendidikan
dan
Asuhan
Sekolah
Luar Biasa Kaliwates, Sekolah Luar Biasa Balung dan kelompok tidak tuna rungu
diambil dari di SDN 2 Bintoro, SDN 2 Patrang, SDN 2 Kaliwates dan SDN 1 Balung.
Masing-Masing kelompok sampel tuna rungu dan kelompok sampel tidak tuna
berjumlah 56 siswa sehingga total adalah 112 siswa.
Uji Mann-Whitney dilakukan terhadap status kesehatan gigi dan mulut
(tingkat karies, tingkat kebersihan gigi dan mulut dan tingkat pengetahuan tentang
kesehatan gigi dan mulut) menunjukkan hasil perbedaan yang signifikan pada nilai
kebersihan mulut (OHI-S), tingkat karies gigi (def-t dan DMF-T) serta tingkat
pengetahuan kedua kelompok sampel. Analisa data menunjukkan kelompok tuna
rungu memiliki tingkat karies, tingkat kebersihan dan tingkat pengetahuan yang lebih
rendah daripada kelompok anak tidak tuna rungu.
Anak tuna rungu mengalami gangguan dalam proses mendengar.
Keterbatasan pendengaran pada anak tuna rungu mengakibatkan kurangnya informasi
yang didapatkan, termasuk informasi mengenai kesehatan gigi dan mulut. Kurangnya
informasi mengenai cara menjaga kesehatan gigi dan mulut pada anak tuna rungu
akan membentuk suatu perilaku yang salah yang dapat mempengaruhi kesehatan gigi
dan mulutnya. Berdasarkan hal tersebut kelompok tuna rungu dinilai sebagai
kelompok yang lebih berisiko terkena karies dibandingkan kelompok tidak tuna
rungu.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]