HUBUNGAN BENTUK SKELET EKTOMORFIK DENGAN LEBAR LENGKUNG ALVEOLAR INTERMOLAR PADA ANAK USIA 16 TAHUN
Abstract
Ada berbagai hal yang mempengaruhi pertumbuhan tulang rahang dan
perkembangan oklusi yang normal. Diantaranya faktor lingkungan yang meliputi
keadaan nutrisi yang dapat dilihat dengan mengetahui status gizinya. Body Mass
Index (BMI) direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk menentukan status
gizi. Bentuk skelet terdiri dari tipe skelet ektomorfik, mesomorfik dan endomorfik.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan bentuk skelet
ektomorfik dengan lebar lengkung alveolar intermolar pada anak usia 16 tahun
dengan bentuk skelet mesomorfik sebagai kontrol. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat mengenai pentingnya pemenuhan
gizi yang cukup untuk pertumbuhan lengkung alveolar dan gigi yang ideal.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik observasional yang dilakukan
di SMKN 1 Sukorambi dan SMAN 1 Arjasa pada bulan Agustus-September 2010.
Penelitian ini dilakukan pada 40 subyek dengan rincian 20 merupakan subyek bentuk
skelet ektomorfik dan 20 subyek bentuk skelet mesomorfik. Model studi yang diukur
pada model rahang atas dan rahang bawah yaitu jarak antara dua titik pada
mucogingival junction di atas ujung tonjol mesiobukal molar pertama kanan dan kiri.
Data yang diperoleh dilakukan uji normalitas dengan test Kolmogorov
Smirnof dan uji homogenitas dengan Levene test. Selanjutnya data dianalisa dengan
uji korelasi Pearson dengan α=0,05. Koefisien korelasi yang didapatkan yaitu r =
0,604 untuk rahang atas dengan persamaan y = 0.485x + 50.79 dan r = 0,675 untuk
rahang bawah dengan persamaan y = 0.531x + 45.91. Koefisiensi korelasi dan
persamaannya menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang bermakna antara bentuk
skelet dengan lebar lengkung alveolar intermolar, baik pada rahang atas dan rahang bawah pada bentuk skelet ektomorfik dan mesomorfik. Skelet mesomorfik
mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan skelet ektomorfik, termasuk
pertumbuhan lengkung alveolar. Status gizi ektomorfik pemenuhan zat-zat gizinya
kurang, hal tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan
pertumbuhan rahang menjadi lebih lambat dan lebih sempit jika dibandingkan skelet
mesomorfik. Hal-hal tersebut dapat menimbulkan terjadinya maloklusi.
Kesimpulan yang didapat adalah ada hubungan antara bentuk skelet dengan
lebar lengkung alveolar intermolar pada anak usia 16 tahun. Dengan melihat status
gizi, dapat menentukan kecepatan pertumbuhan lebar lengkung rahang.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]