dc.description.abstract | Diabetes mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia. Terdapat empat
jenis tipe DM dalam pembagiannya, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional,
dan DM tipe lain. DM tipe 2 terjadi ketika tubuh mengalami resistensi insulin dan
defisiensi insulin relatif yang sering terjadi pada individu berusia lebih dari 40
tahun.
International Diabetes Federation (IDF) menyatakan terdapat 81 juta orang
dengan DM di negara kawasan Asia Tenggara dan diperkirkan akan meningkat
dari 7,0% pada kelompok usia 20-79 tahun di tahun 2010 menjadi 8,4% di tahun
2030 (WHO, 2011). Indonesia menempati ututan keempat setelah India, China,
dan Amerika Serikat dalm jumlah DM terbanyak (PERKENI, 2006). Menurut
data Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2010, DM merupakan penyakit
tidak menular kedua tertinggi setelah hipertensi yaitu 3,61% pada tahun 2010.
Jumlah kasus DM di Kabupaten Jember meningkat dari tahun 2010 sebanyak
8.997 orang menjadi 11.587 orang di tahun 2011. Jumlah kasus DM di Kecamatan
Sumbersari meningkat dari 83 kasus di tahun 2010 menjadi 611 kasus di tahun
2011.
DM tipe 2 merupakan penyakit kronis yang berlangsung seumur hidup dan
tidak dapat disembuhkan. Progresivitas penyakit akan terus berjalan seumur hidup
dan dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi baik akut maupun kronis.
Hal ini menyebabkan klien DM tipe 2 memerlukan perilaku perawatan diri secara
khusus. Aktivitas perawatan diri pada klien DM tipe 2 mengacu pada komponen
penatalaksanaan DM meliputi diet, latihan, medikasi, pemantauan glukosa darah,
perawatan kaki, dan menghindari perilaku merokok.
Pendidikan kesehatan sebagai salah satu dari 4 pilar penatalaksanaan DM
memiliki peranan penting untuk membantu meningkatkan aktivitas perawatan diri
klien DM tipe 2. Pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan metode pendidik
sebaya menjadi salah satu pendekatan dalam pendidikan kesehatan. Kelebihan
metode ini yaitu penggunaan bahasa yang relatif sama dalam kelompok sebaya
dapat mengurangi kesalahpahaman penerimaan informasi. Selain itu, adanya
hubungan interpersonal yang baik antara pendidik sebaya dengan kelompoknya
akan memudahkan dalam mempengaruhi, mengubah serta meningkatkan perilaku
kesehatan.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis efektivitas pendidikan kesehatan
dengan metode pendidik sebaya terhadap aktivitas perawatan diri pada klien DM
tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Kabupaten Jember. Jenis penelitian
menggunakan quasy experimental dengan rancangan non-equivalent control
group design. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 84 orang. Jumlah sampel
sebanyak 26 orang yang diambil dengan teknik purposive sampling. Sampel
dibagi menjadi 13 orang kelompok kontrol dan 13 orang kelompok perlakuan.
Analisis data menggunakan uji T dependen dan Uji T independen dengan tingkat
kemaknaan 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang amat sangat
bermakna aktivitas perawatan diri klien DM tipe 2 sebelum dan sesudah dilakukan
pendidikan kesehatan dengan metode pendidik sebaya pada kelompok yang tidak
mendapatkan dan mendapatkan intervensi (p-value=0,000). Jadi, dapat
disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan dengan metode pendidik sebaya efektif
terhadap aktivitas perawatan diri pada klien DM tipe 2 di wilayah kerja
Puskesmas Sumbersari Kabupaten Jember. Saran dari penelitian ini adalah agar
tenaga kesehatan dapat memanfaatkan peran pendidik sebaya terutama untuk
meningkatkan perawatan mandiri pada klien DM tipe 2. | en_US |