dc.description.abstract | Penyakit tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. WHO
memperkirakan setiap tahun terjadi 539.000 kasus baru TBC dan 101.000 kematian
karena TBC. Salah satu permasalahan yang masih dijumpai dalam pelaksanaan
program P2TB paru adalah mutu pemeriksaan dahak yang belum terjamin
sepenuhnya secara merata sehingga hal ini dapat berpengaruh terhadap hasil
pemeriksaan dahak tuberkulosis. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten
Jember tahun 2009, didapatkan data angka kesalahan laboratorium (error rate)
Kabupaten Jember pada tribulan I tahun 2009 sebesar 5,30% dan pada tribulan III
tahun 2009 angka error rate kabupaten Jember semakin tinggi yaitu 7,86%.
Meskipun pada tribulan IV tahun 2009 angka error rate Kabupaten Jember mulai
menurun yaitu 5,15% tetapi masih menunjukkan angka error rate yang masih tinggi.
Bertolak dari keadaan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan
karakteristik petugas dan sarana laboratorium dengan hasil pemeriksaan dahak
tuberkulosis di Puskesmas Rujukan Mikroskopis Kabupaten Jember tahun
2009.Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan menggunakan
rancangan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh petugas
laboratorium tuberkulosis di PRM Kabupaten Jember sebanyak 16 petugas
laboratorium. Cara pengambilan sampel dengan total sampling. Data yang diperoleh,
diolah, dan dianalisis dengan menggunakan uji parameter. Hasil penelitian ini
menunjukkan ada hubungan antara karakteristik petugas laboratorium yang meliputi
umur, latar belakang pendidikan dan pengetahuan dengan error rate hasil
pemeriksaan dahak tuberkulosis di PRM Kabupaten Jember Tahun 2009. Sedangkan
sarana laboratorium yang meliputi mikroskop dan reagen ziehl neelsen tidak
menunjukkan hubungan yang signifikan dengan error rate hasil pemeriksaan dahak
tuberkulosis di PRM Kabupaten Jember Tahun 2009. | en_US |