PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING TEORI BRUNER BELAJAR SISWA LINIER SATU VARIABEL KELAS VII MADURA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING DIPADU DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DIPADU DENGAN TEORI BRUNER UNTUK MENINGKATKAN HASIL SISWA POKOK BAHASAN PERSAMAAN SATU VARIABEL SEMESTER GANJIL KELAS VII A MTs. NU PANCOR SEPUDI MADURA TAHUN AJARAN 2009/2010 HASIL PERSAMAAN SEMESTER GANJIL
Abstract
Proses belajar mengajar di sekolah masih cenderung berpusat pada guru
sehingga mengakibatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran masih kurang. Oleh
karena itu guru dituntut untuk dapat menerapkan model pembelajaran yang dapat
membantu siswa aktif dalam pembelajaran.
Pada penelitian ini diterapkan model pembelajaran kooperatif teknik Kancing
Gemerincing dipadu dengan teori Bruner, dimana proses pembelajaran berlangsung
melalui tiga tahap yaitu tahap enaktif, ikonik, dan simbolik. Tujuan penelitian ini
adalah: (1) untuk mengetahui penerapan pembelajaran kooperatif teknik Kancing
Gemerincing dipadu dengan teori Bruner, (2) untuk mengetahui aktivitas belajar
siswa selama proses pembelajaran kooperatif teknik Kancing Gemerincing dipadu
dengan teori Bruner, dan (3) untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah
dilaksanakan pembelajaran kooperatif teknik Kancing Gemerincing dipadu dengan
teori Bruner.
Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas VIIA di MTs. NU Pancor Sepudi
Madura. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian adalah observasi, dokumentasi, tes dan
wawancara. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu Siklus I dan Siklus II.
Pada setiap siklus dilaksanakan observasi kegiatan guru, aktivitas siswa, dan tes akhir
siklus. Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Kancing Gemerincing
dipadu dengan teori Bruner terdiri dari tujuh fase pembelajaran yaitu pendahuluan,
presentasi guru, pengorganisasian kelompok, pemberian masalah dan media
pembelajaran, diskusi kelompok, presentasi kelompok, dan fase terakhir adalah
penutup. Pada pembelajaran Siklus I, terdapat kendala ketika mencapai fase
pengorganisasian kelompok dan fase diskusi kelompok. Guru masih belum maksimal
dalam mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok kecil sehingga
berakibat siswa kebingungan pada saat akan akan berkumpul dengan anggota
kelompoknya. Selain itu, guru belum maksimal dalam memberikan bimbingan, hanya
beberapa kelompok saja yang dibimbing. Pada pembelajaran Siklus II, penerapan
ketujuh fase pembelajaran tersebut berjalan dengan lancar.
Analisis hasil observasi menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa , hal
ini dapat diketahui berdasarkan persentase yang dicapai oleh siswa dalam setiap
aktivitas. Selain itu juga dapat dilihat berdasarkan perubahan jumlah siswa yang
tergolong dalam masing-masing kriteria. Pada Siklus I, terdapat 5 siswa (15,625%)
yang masih Kurang Aktif, 7 siswa (21,875%) yang Cukup Aktif, 18 siswa (56,25%)
yang Aktif dan 2 siswa (6,25%) yang Sangat Aktif, sedangkan pada Siklus II,
terdapat 5 siswa (15,625%) yang Cukup Aktif, 18 siswa (56,25%) yang Aktif dan 9
siswa (28,125%) yang Sangat Aktif.
Persentase ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal mengalami
peningkatan. Pada Siklus I mencapai 81,25%, sedangkan pada Siklus II mencapai
90,625%. Pada Siklus I, terdapat 6 siswa (18,75%) yang Tidak Tuntas belajar dan 26
siswa (81,25%) yang Tuntas belajar, sedangkan pada Siklus II terdapat 3 siswa
(9,375%) yang Tidak Tuntas belajar dan 29 siswa (90,625%) yang Tuntas belajar.