dc.description.abstract | Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian (penelitian tahun ke-l) ini adalah untuk:
(a) mempelajari respon faktor kebijakan perdagangan kopi, baik yang diberlakukan di
pasar dunia maupun yang diberlakukan di tingkat domestik (dalam negeri), terhadap
permintaan luar negeri kopi robusta Indonesia di negara-negara pangsa pasar ekspor
tradisionalnya, (b) mempelajari respon faktor non-kebijakan di negara-negara pangsa
ekspor tradisonal kopi Indonesia, diantaranya jumlah penduduk, kuantitas impor kopi,
kuantitas stok kopi, dan kuantitas kopi yang diekspor kembali, terhadap permintaan luar
negeri kopi robusta Indonesia, dan (c) mengetahui tingkat elastisitas harga, elastisitas
pendapatan, dan elastisitas silang atas permintaan luar negeri kopi robusta lndonesia di
negara-negara pangsa ekspor tradisionalnya.
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut deret waktu
{tirne series) dari tahun 1966 - 2007. Sumber data dari: (a) Badan Pusat Statistik (BPS)
- Jakarta, (b) Pusdatin Departemen Pertanian RI - Jakarta, (c) Pusdatin Departemen
Perdagangan dan Perindustrian RI - Jakarta, (d) Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia
(AEKI) - Iakarta, (e) FAO - Jakarta, (f) instansillembaga/organisasi lainnya yang
terkait. Pendekatan analisis adalah regresi berganda double log dengan OLS (ordinary
least square).
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan ada 5 (lima) poin penting pada perilaku
permintaan luar negeri kopi robusta Indonesia di negara-negara pangsa pasar ekspor
tradisionalnya tersebut. Pertama; kebijakan campur tangan terhadap perdagangan luar
negeri kopi yang dibelakukan oleh pemerintah Indonesia (sebelum tahun 1998)
memberikan pengaruh 'lebih baik' terhadap permintaan luar negeri kopi robusta
trrrelonesia di Jepang, Singapura, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Belanda.
Sedangkan kebijakan liberalisasi perdagangan luar negeri kopi yang diberlakukan (sejak
tahun 1998), memberikan pengaruh 'lebih baik' terhadap permintaan luar negeri kopi
robusta Indonesia di Inggris.
Kedwa; kebijakan quota ekspor yang diberlakukan di pasar kopi dunia (sebelum tahun
2il03) memberikan pengaruh 'lebih baik' terhadap permintaan luar negeri kopi robusta
Indonesia di Australia dan Belanda. Sedangkan kebijakan open trade yang diberlakukan
di pasar kopi dunia (sejak tahun 2003) memberikan pengaruh 'lebih baik' terhadap
llI
pennintaan luar negeri kopi robusta Indonesia di Selandia Baru. Ketiga; kopi rubusta
Indonesia sangat digemari atau dipandang sebagai barang konsumsi yang istimewa
(speciat/dffirent from others) di Jepang, Malaysia, Australia, Inggris, dan Jerman'
sedangkan di Singapura kopi robusta Indonesia hanya dipandang sebagai barang
'konsumsi biasa'.
Keempat; kopi robusta Indonesia 'relatif cukup dianggap sebagai komoditi yang
menarik untuk diperdagangkan secara spekulasi di Australia dan Belanda' Sedangkan
tetapi di Singapura 'relatif kurang dianggap sebagai komoditi yang menarik untuk
diperdagangkan secara spekulasi. Kelima; kopi robusta Indonesia dianggap sebagai
koniplementer teh di Singapura dan Australia' Sedangkan di Kanada kopi robusta
lndonesia dianggap sebagai substitusi teh.
Mendasarkan pada hasil penelitian, maka guna meningkatkan ekspor kopi Indonesia di
negara-negafa pangsa pasar eskpor tradisonalnya ke depan, kebijakan (policy) yang
dapat dipandang efektif dan efisien untuk diterapkan oleh pemerintah Indonesia
(Departemen Perdagangan dan Perindustrian RI), adalah dengan membangun
'kc;nitrnen kerjasama perdagangan' government to government (G to G)'' Baik itu
secara bilateral, dan/atau trilateral, dan/atau multilateral. | en_US |