DETERMINAN LAMA PASIEN TB PARU MENJALANI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PARU JEMBER
Abstract
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang telah lama dikenal dan mematikan.
Penyakit ini sangat menular dan menyerang semua umur serta menjadi masalah yang
cukup besar bagi kesehatan masyarakat di dunia terutama di negara yang sedang
berkembang.
Berdasarkan data WHO, jumlah penderita tuberkulosis di Indonesia berada
di urutan ketiga setelah India dan Cina.. Pada pengobatan TB paru perlu diperhatikan
keadaan klinisnya karena setiap pasien TB paru memiliki keadaan klinis yang berbedabeda.
Bila keadaan klinisnya buruk dan terdapat indikasi untuk rawat, maka pasien
tersebut harus rawat inap di rumah sakit. Pasien perlu pengobatan tambahan atau
suportif/simtomatik untuk meningkatkan daya tahan tubuh atau mengatasi gejala/keluhan
yang akan memperburuk keadaan klinisnya. Pada pasien TB paru dengan keadaan klinis
tertentu diharuskan untuk menjalani rawat inap. Akan tetapi, di sisi lain rawat inap yang
lama justru akan menimbulkan masalah baru. Pada beberapa penelitian diperoleh fakta
bahwa pasien yang menjalani rawat inap yang lama meningkatkan resiko reinfeksi TB
paru oleh bakteri yang resisten atau akan menjadi TB paru yang MDR (Multi Drug
Resistance), meningkatkan resiko depresi dan kecemasan baik pada pasien maupun orang
tua pasien, serta kerugian ekonomis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi lama pasien TB paru menjalani rawat inap di Rumah Sakit Paru
Jember.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan
cross-sectional yang dilaksanakan di Rumah Sakit Paru Jember pada bulan AgustusOktober
2010. Populasi penelitian adalah semua pasien TB Paru yang menjalani rawat
inap di Rumah Sakit Paru Jember pada bulan September 2010. Teknik pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan teknik total sampling pada bulan September
2010. Pasien TB Paru yang memenuhi kriteria sebagai sampel dan bersedia mengisi
informed consent dijadikan sampel penelitian. Jumlah sampel yang didapatkan sebesar 52
responden. Sampel dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan lama rawat inap dengan
batasan cepat ≤ 7 hari dan lama > 7 hari. Selanjutnya diberikan pertanyaan-pertanyaan
determinan lama rawat inap meggunakan questioner dan sebagian data dari rekam medis.
Data hasil yang didapatkan dianalisis menggunakan program STATA, dengan metode
analisis bivariat uji chi square. Selanjutnya data hasil dari analisis bivariat dilanjutkan
dengan analisis multivariat menggunakan Regresi Logistik. Pengambilan kesimpulan
statistik dilakukan dengan tingkat kepercayaan α = 0,05.
Dalam penelitian ini didapatkan 52 responden , sebanyak 27 responden termasuk
kategori lama rawat inap yang lama dan 25 responden termasuk kategori lama rawat inap
yang cepat. Berdasarkan uji statistik bivariat didapatkan bahwa jenis kelamin dan
kebiasaan merokok mempengaruhi lama rawat inap secara signifikan (p<0,05).
Sedangkan setelah dilakukan analisis multivariat tidak ada variabel yang mempengaruhi
lama rawat inap pasien TB Paru secara signifikan(p>0,05).
Collections
- UT-Faculty of Medical [1508]