Show simple item record

dc.contributor.authorArie Purwanto
dc.date.accessioned2014-01-22T23:45:30Z
dc.date.available2014-01-22T23:45:30Z
dc.date.issued2014-01-22
dc.identifier.nimNIM080210191010
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/21457
dc.description.abstractGeometri adalah bagian dari matematika yang mempelajari tentang titik, garis, karakteristik bidang dan ruang, pengukuran dan hubungan antara komponenkomponen geometri. Dalam kurikulum matematika menengah geometri menempati posisi khusus karena banyak konsep yang termuat di dalamnya. Namun demikian dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa kemampuan geometri siswa kurang memuaskan. Teori van Hiele menyatakan terdapat tingkatan-tingkatan berpikir siswa dalam belajar. Dimana untuk naik ke tingkatan yang lebih tinggi siswa harus menguasai tingkatan-tingkatan sebelumnya. Setiap tingkatan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik yang dimaksud adalah karakteristik tingkat berpikir geometri siswa. Karakteristik tingkat berpikir geometri yang dimaksud adalah pemahaman yang harus dimiliki siswa pada suatu tingkatan. Salah satu tingkatan menurut teori van Hiele adalah tingkat analisis. Pada tingkat ini siswa dituntut untuk dapat mengenal sifat-sifat bangun yang didasarkan pada analisis informal tentang bagian-bagian bangun dan atribut komponennya. Untuk itu, perlu kiranya mengetahui bagaimana karakteristik berpikir siswa pada tingkat analisis. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Bondowoso untuk siswa kelas VII dan VIII. Metode yang digunakan adalah metode tes, wawancara, dan dokumentasi. Pada penelitian ini terdapat 10 tes yang terdiri dari tes seleksi yang berfungsi untuk menggolongkan siswa ke dalam tingkat berpikirnya serta sembilan tes yang sengaja dibuat untuk mengetahui karakteristik tingkat berpikir siswa. Dari tes seleksi yang dilakukan dapat diketahui bahwa tingkat berpikir geometri berdasarkan teori van Hiele pada siswa kelas VII dan VIII SMP Negeri 1 Bondowoso cukup beragam yakni tingkat pra visualisai, visualisasi, analisis, dan deduksi informal. Banyaknya siswa pada tingkat pra visualisasi sebanyak 20 siswa atau 5,76%, tingkat visualisasi sebanyak 109 siswa atau 31,41%, tingkat analisis sebanyak 120 siswa atau 34,58%, dan tingkat deduksi informal sebanyak 6 siswa atau 1,73%. Tidak ditemukan siswa yang diklasifikasikan dalam tingkat deduksi formal dan rigor. Namun demikian, dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa presentase siswa yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam tingkat berpikir yakni 26,51%. Dari 9 tes yang dilakukan, dapat diketahui bahwa karakteristik berpikir geometri pada siswa untuk tingkat analisis yaitu, siswa dapat mengidentifikasi sifat dan menggunakan perbendaharaan istilah sesuai dengan komponen bangun yang diidentifikasi sebelumnya. Pengidentifikasian dilakukan siswa dengan cara menganalisis komponen bangun baik dengan mengukur atau melipat bangun sehingga diperoleh sifat-sifat bangun. Namun demikian dalam mengidentifikasi bangun siswa tidak secara rinci melakukan pengidentifikasian terhadap sifat bangun. Siswa juga dapat mengidentifikasi sifat yang sama dan berbeda dari dua buah bangun, namun tidak melihat adanya hubungan antara bangun-bangun tersebut. Siswa dapat membuat aturan dan mengklasifikasikan bangun, walaupun sebagian kecil siswa masih salah dalam mengklasifikasikan bangun. Pengklasifikasian bangun dilakukan dengan menentukan terlebih dahulu sifat yang akan digunakan oleh siswa untuk mengklasifikasikan. Pada tingkat ini siswa dapat dikatakan kurang mampu dalam menafsirkan suatu bangun, karena banyak siswa yang salah dalam menafsirkan sifat yang diberikan. Penafsiran bangun dilakukan dengan menganalisis menganalisis sifat yang diberikan. Selain itu, pengetahuan siswa tentang sifat-sifat bangun juga dapat dikatakan cukup rendah. Siswa dapat mengidentifikasi suatu kelas bangun dengan cukup baik. Siswa mampu mengkarakterisasi sifat suatu bangun dengan baik walaupun terkadang siswa kurang teliti dalam pengkarakterisasian. Siswa juga dapat menafsirkan suatu aturan khususnya aturan pencarian luas dan keliling bangun, namun siswa lebih memilih menggunakan rumus untuk menentukan hasil daripada menghitung banyaknya petak. Selain itu siswa juga dapat menyelesaikan masalah geometri yang berkaitan dengan sifat-sifat bangun segi empat dengan baik, namun sebagian besar siswa jarang sekali mengaplikasikan sifat-sifat dari bangun.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries080210191010;
dc.subjectGEOMETRIen_US
dc.subjectTEORI VAN HIELEen_US
dc.titleKARAKTERISTIK BERPIKIR GEOMETRI SISWA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE PADA TINGKAT ANALISIS KELAS VII DAN VIII SMP NEGERI 1 BONDOWOSO TAHUN AJARAN 2011/2012en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record