GANGGUAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA BALITA KURANG GIZI DI KECAMATAN SUMBERJAMBE KABUPATEN JEMBER
Abstract
Balita dikelompokkan sebagai golongan penduduk yang rawan terhadap
kekurangan gizi. Prevalensi penderita kurang gizi di beberapa wilayah Indonesia
berada pada taraf yang sangat mengkhawatirkan. Kurang gizi dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun mental.
Kondisi kurang gizi akan mempengaruhi banyak organ dan sistem.
Kekurangan protein yang terjadi pada balita kurang gizi, menyebabkan otot-otot
menjadi atrofi sehingga dapat mengganggu kekuatan motorik otot dalam
melaksanakan aktivitas sesuai usia perkembangan. Pada tahun 2006 masalah
kurang gizi di Kabupaten Jember masih tinggi, yaitu sebesar 15,3%, sedangkan di
wilayah kerja Puskesmas Sumberjambe sebesar 254 balita (8,45%).
Motorik halus adalah gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil serta memerlukan koordinasi yang
cermat. Perkembangan motorik halus anak dikatakan terlambat bila di usianya
yang seharusnya sudah dapat mengembangkan ketrampilan baru, tetapi anak tidak
dapat menunjukkan kemajuan.
Di Kecamatan Sumberjambe sendiri belum ada pemeriksaan rutin
(skrining) untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan perkembangan motorik
halus pada balita, khususnya pada balita yang kurang gizi, sehingga perlu
dilakukan penelitian mengenai hal tersebut. Instrumen yang digunakan adalah
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), yaitu suatu daftar pertanyaan
ix
yang ditujukan kepada orang tua dan dipergunakan sebagai alat untuk mengetahui
perkembangan anak normal atau ada penyimpangan sampai usia 6 tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kurang gizi
dengan gangguan perkembangan motorik halus pada balita di Kecamatan
Sumberjambe. Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Sumberjambe
Kabupaten Jember pada bulan Mei 2009. Sampel yang penelitian ini adalah balita
yang memenuhi kriteria sebagai kasus dan kontrol, yaitu sebesar 135 balita.
Pengambilan sampel dilakukan sendiri oleh peneliti menggunakan metode
proportional stratified random sampling. Data yang terkumpul dianalisis dengan
menggunakan metode analisis Contingency Coefficient dengan <0,05.
Pengolahan data menggunakan program Statistical Package for the Social
Sciences 15.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 135 balita, 82 balita (60,7%)
mengalami gangguan perkembangan motorik halus. Dari 82 balita tersebut, 61
balita (45,2%) merupakan balita kurang gizi, dan sisanya (15,6%) merupakan
balita dengan status gizi baik. Dari hasil analisis uji statistik menunjukkan bahwa
kurang gizi mempunyai hubungan yang bermakna dengan terjadinya gangguan
perkembangan motorik halus ( <0,05). Berdasarkan nilai resiko relatif sebesar
2,948, hal ini berarti kurang gizi benar-benar sebagai faktor resiko untuk
terjadinya gangguan perkembangan motorik halus pada balita dengan validitas
sebesar 95%.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang nyata antara
kurang gizi dengan gangguan perkembangan motorik halus pada balita di
Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1508]