UJI EFEKTIVITAS ANTIJAMUR DEKOKTA KULIT BUAH DELIMA PUTIH (Granati fructus cortex) TERHADAP Candida albicans
Abstract
Penelitian ini menggunakan kulit buah delima putih. Pemilihan kulit buah
delima putih sebagai bahan penelitian ini dikarenakan kulit buah delima putih sudah
dikonsumsi oleh masyarakat sebagai jamu. Pada penelitian terdahulu telah dibuktikan
bahwa kulit buah delima putih dapat membunuh Candida albicans (C.albicans).
Komposisi unsur kimia yang ada pada delima putih antara lain tanin, flavonoid,
polifenol, saponin, dan alkaloid. Unsur-unsur tersebut diduga mempunyai sifat
antibakteri dan antijamur.
Permasalahan penelitian ini yaitu apakah dekokta kulit delima putih efektif
sebagai antijamur C.albicans dan berapa konsentrasi dekokta kulit buah delima putih
yang paling efektif sebagai antijamur C.albicans.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas antijamur dekokta kulit
buah delima putih terhadap C.albicans serta untuk mengetahui konsentrasi dekokta
kulit buah delima putih yang paling efektif sebagai antijamur C.albicans.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris, dengan rancangan
the post test only control group design. Sampel dibuat menggunakan metode dekokta.
Cara pembuatan dekokta yaitu kulit buah delima putih yang kering digiling dan
diayak dengan saringan ukuran mesh 60 dengan ukuran 250 mikron serbuk
(Ө0,25mm). Serbuk kering ditimbang sebanyak 10 gram dimasukan pada erlenmeyer
lalu ditambah akuades steril 100 ml dan akuades ekstra sebanyak 20 ml. Campuran
tersebut dipanaskan pada penangas air selama 30 menit terhitung mulai temperatur
90ºC. Larutan tersebut disaring memakai kertas saring sampai habis, hasil yang sudah
didapatkan ditambahkan akuades sampai volume akhir 100 ml. Larutan tersebut
viii
dinamakan larutan dekokta konsentrasi 100%. Larutan dekokta selanjutnya dibuat
menjadi tujuh konsentrasi dekokta kulit buah delima putih dengan metode
pengenceran seri yaitu 100%, 50%, 25%, 12.5%, 6.25%, 3.13%, 1.56%. Setiap
konsentrasi larutan dekokta ini selanjutnya di tambahkan media SGB (Soborroud
Glucose Broth) sebanyak 1 ml serta suspensi C.albicans sebanyak 0,1 ml, dan
diinkubasi selama 24 jam pada temperatur 37ºC. Setiap konsentrasi larutan yang
sudah diinkubasi selanjutnya diambil 0,1 ml ditanam dalam media SGA (Suborroud
Glucose Agar) dalam cawan petri selanjutnya diratakan dengan spreader lalu
diinkubasi lagi selama 48 jam pada temperatur 37ºC.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada konsentrasi 100% dan 50% tidak
terlihat adanya pertumbuhan jamur sedangkan pada konsentrasi 25%, 12.5%, 6.25%,
3.13%, dan 1.56% menunjukan adanya pertumbuhan koloni C.albicans yang semakin
banyak. Semakin rendah konsentrasi dekokta kulit buah delima putih maka semakin
banyak koloni C.albicans.
Penurunan jumlah koloni atau matinya C.albicans pada setiap kenaikan
konsentrasi dekokta diduga disebabkan oleh komponen yang terkandung dalam
dekokta kulit buah delima putih. Komponen tersebut dapat menyebabkan perubahan
pada dinding sel dan terjadi kerusakan pada pembentukan dinding sel atau terbentuk
dinding sel yang rapuh, selanjutnya akan menyebabkan lisis dan kematian sel.
Kesimpulan dari hasil penelitian adalah dekokta kulit buah delima putih
efektif sebagai antijamur C.albicans, dan dekokta kulit buah delima putih efektif
sebagai antijamur, dan tidak ada konsentrasi yang paling efektif dikarenakan terdapat
dua konsentrasi yang mampu menghambat pertumbuhan dari C.albicans, yaitu 100%
dan 50%. Pada penelitian ini didapatkan konsentrasi minimal untuk menghambat
pertumbuhan C.albicans dari dekokta kulit buah delima putih yaitu konsentrasi 50%.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]