Deteksi Asam amino Secara Potensiometri Menggunakan Elektroda Tungsten Oksida Dalam Sistem Batch;
Abstract
Analisis asam amino sebagai biomaterial penyusun protein dalam tubuh
merupakan teknik kimia analitik yang banyak dipakai dalam biokimia dan
bioteknologi. Salah satu detektor yang memiliki peluang untuk dikembangkan
sebagai detektor untuk analisis asam amino adalah detektor elektrokimia, diantaranya
adalah potensiometri. Pengukuran di dalam potensiometri dapat terjadi karena adanya
perbedaan muatan, reaksi redoks dan perubahan pH.
Senyawa yang dapat menghasilkan ion H+ di dalam larutan dapat dideteksi
secara potensiometri. Adanya ion H+ di dalam larutan dapat menyebabkan terjadinya
perubahan pH yang dapat dideteksi secara potensiometri. Asam amino di dalam
larutan akan terionisasi menghasilkan ion H+, sehingga asam amino dapat dideteksi
secara potensiometri.
Salah satu elektroda yang dapat dikembangkan di dalam potensiometri adalah
elektroda tungsten oksida. Tungsten oksida cukup responsif terhadap ion H+ sehingga
tungsten oksida dapat dikembangkan untuk analisis asam amino. Chen et al, (1996)
telah berhasil menggunakan elektroda tungsten oksida untuk mendeteksi asam
karboksilat secara potensiometri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan elektroda
tungsten oksida dalam mendeteksi asam amino. Selain itu, juga untuk mengetahui
pengaruh buffer dan untuk mengetahui karakteristik sensor yang meliputi linier range,
limit deteksi, sensitivitas dan reprodusibilitas.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember. Secara umum penelitian ini dibagi dalam tiga tahap. Tahap pertama optimasi sensor yang meliputi
optimasi jenis bufer, optimasi pH bufer dan optimasi konsentrasi komponen bufer.
Tahap kedua adalah pengukuran respon asam amino dan tahap ketiga adalah
karakterisasi sensor.
Hasil penelitian ini memperoleh kondisi optimum untuk deteksi asam amino
adalah pada bufer fosfat pH 6 dengan konsentrasi 0,5 x 10-3 M. Hasil karakterisasi
sensor diperoleh koefisien korelasi 0,9864, limit deteksi 5,24 x 10-6 M, sensitivitas
16,1 mV/dekade dan reprodusibilitas 0-7 % untuk arginin. Asam glutamat memiliki
koefisien korelasi 0,9789, limit deteksi 3,80 x 10-6 M, sensitivitas 9,1667 mV/dekade
dan reprodusibilitas 0-6 %. Asam aspartat memiliki koefisien korelasi 0,9949, limit
deteksi 7,76 x 10-6 M, sensitivitas 13,4 mV/dekade dan reprodusibilitas 0-5 %.
Kemampuan elektroda tungsten oksida mendeteksi asam amino dalam kisaran
mikro molar memungkinkan elektroda dapat dikembangkan sebagai elektroda dalam
sistem FIA (flow injection analysis) dan HPLC (high performance liquid
chromatography).