JARAK ATAP PULPA TERHADAP TEPI INSISAL GIGI INSISIVUS SENTRAL PERMANEN RAHANG ATAS PADA SUB RAS DEUTROMELAYU (Tinjauan Laboratoris dan Radiologis)
Abstract
Gigi insisivus sentral permanen rahang atas merupakan gigi anterior yang
beresiko terjadi fraktur, karies dan kerusakan gigi yang lain. Selama proses
pembuatan restorasi sangat dibutuhkan kehati-hatian dengan cara memahami struktur
anatomis jaringan keras gigi. Bagian yang paling rentan mengalami perforasi adalah
tanduk pulpa. Tanduk pulpa merupakan bagian tertinggi dari atap pulpa. Selain untuk
menghindari terjadinya perforasi pulpa, pemahaman mengenai ukuran jarak atap
pulpa terhadap tepi insisal gigi juga diperlukan untuk menentukan rencana perawatan,
apakah perlu dilakukan pulp capping atau langsung dibuatkan restorasi. Berdasarkan
alasan ini maka data mengenai ukuran jarak atap pulpa terhadap tepi insisal gigi
insisivus sentral permanen rahang atas adalah sangat penting. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui rata-rata jarak atap pulpa terhadap tepi insisal gigi insisivus sentral
permanen rahang atas berdasarkan tinjauan laboratoris dan radiologis.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik. Sampel berjumlah
48 yang terdiri dari 24 sampel untuk tinjauan laboratoris dan 24 sampel untuk
tinjauan radiologis. Pemilihan sub ras responden pada tinjauan laboratoris dilakukan
dengan menggunakan kuisioner. Sampel elemen gigi diperoleh dari gigi insisivus
sentral permanen rahang atas responden sub ras Deutromelayu yang memiliki
indikasi pencabutan dan memenuhi kriteria sampel yang telah ditentukan. Responden
yang memenuhi kriteria diminta untuk mengisi dan menandatangani informed
consent. Pencabutan tersebut dilakukan oleh tenaga puskesmas/rumah sakit kemudian
sampel elemen gigi tersebut dibersihkan dengan menggunakan aquadest steril dan
disimpan hingga dilakukan penelitian. Sampel elemen gigi tersebut kemudian di
viii
tanam kedalam balok gips putih dan selanjutnya dipotong arah mesiodistal
menggunakan carborundum disk. Pemilihan sub ras responden pada tinjauan
radiologis dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Responden yang memenuhi
kriteria diminta untuk mengisi dan menandatangani informed consent. Semua
responden yang terpilih kemudian dilakukan pembuatan radiograf menggunakan
teknik bidang bagi dengan sudut penyinaran vertikal 60o dan sudut penyinaran
horisontal 0o kemudian dilakukan pemrosesan film dengan menggunakan metode
visual. Pengukuran jarak atap pulpa terhadap tepi insisal gigi insisivus sentral
permanen rahang atas baik laboratoris maupun radiologis dilakukan oleh tiga orang
pengamat. Pengukuran dilakukan dengan cara menarik garis lurus dari atap pulpa
bagian mesial, sentral dan distal ke tepi insisal gigi dengan menggunakan jangka
sorong digital. Hasil pengukuran masing-masing pengamat dari ketiga lokasi tersebut
diambil rata-ratanya selanjutnya hasil pengukuran dari ketiga pengamat diambil rataratanya.
Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisa deskriptif (mean dan standar
deviasi) dan Independent T-test (α=0,05).
Hasil penelitian didapatkan rata-rata jarak atap pulpa terhadap tepi insisal gigi
insisivus sentral permanen rahang atas menunjukkan bahwa pada tinjauan laboratoris
sebesar 4,98 mm dan pada tinjauan radiologis sebesar 5,03 mm. Tidak terdapat
perbedaan rata-rata jarak atap pulpa terhadap tepi insisal gigi insisivus sentral
permanen rahang atas antara tinjauan laboratoris dan radiologis.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]