Show simple item record

dc.contributor.authorDyah Palupi Dewabrata
dc.date.accessioned2014-01-22T06:33:05Z
dc.date.available2014-01-22T06:33:05Z
dc.date.issued2014-01-22
dc.identifier.nimNIM060210193010
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/21146
dc.description.abstractTanaman binahong berasal dari dataran Cina dengan nama asalnya adalah Dheng shan chi. Di Indonesia tanaman ini belum banyak dikenal, sedangkan di Vietnam tanaman ini merupakan suatu makanan wajib bagi masyarakat di sana. Binahong tumbuh menjalar dan panjangnya dapat mencapai 5 meter, berbatang lunak berbentuk silindris dan pada ketiak daun terdapat seperti umbi yang bertekstur kasar. Daunnya tunggal dan mempunyai tangkai pendek, bersusun berselang-seling dan berbentuk jantung. Panjang daun antara 5-10 cm dan mempunyai lebar antara 3-7 cm. Seluruh bagian tanaman binahong dapat dimanfaatkan, mulai dari akar, batang, daun, umbi dan bunganya. Daun binahong (Andredera cordifolia (Ten.) Steenis) banyak dimanfaatkan untuk mengeringkan luka pascaoperasi selain itu mampu membunuh/menghambat pertumbuhan mikroba (Muhammad, Anonim). Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) mempunyai zat aktif yang disebut saponin triterpenoid, flavonoid, dan minyak atsiri (Rachmawati, 2008). Golongan triterpenoid dalam tanaman binahong merupakan senyawa terpenoid yang merupakan hasil metabolit sekunder tumbuhan. Terpenoid tumbuhan mempunyai manfaat penting sebagai obat tradisional, anti bakteri, anti jamur dan gangguan kesehatan (Thomson, 2004). Flavanoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol, senyawa fenol mempunyai sifat efektif menghambat pertumbuhan virus, bakteri dan jamur (Nurachman dalam Anonim, 2011). Penelitian efektivitas ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) dalam menghambat pertumbuhan jamur Fusarium Oxysporum dilakukan secara in vitro dengan metode difusi yaitu metode lubang atau sumuran. Pengujian pengaruh senyawa antijamur dengan metode sumuran yang diisi serial konsentrasi ekstrak daun binahong yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi hambat minimum terhadap pertumbuhan Fusarium oxysporum. Konsentrasi ekstrak yang digunakan 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, dan 100%. Ekstrak daun binahong akan berdifusi ke dalam medium PDA di sekeliling sumuran. Hasil penelitian yang telah menunjukkan bahwa ekstrak daun binahong tidak dapat menghambat pertumbuhan Fusarium oxysporum yang dikatakan sebagai konsentrasi hambat minimum (KHM) (Tabel 4.4). Zona hambatan yang tidak terbentuk pada masing-masing yang memiliki konsentrasi berbeda. Ekstrak daun binahong tidak mampu menghambat pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum karena senyawa aktif yang bersifat antifungi maupun antimikroba hanya terdapat sedikit di dalamnya. Zat antimikroba yang terdapat pada ekstrak daun binahong adalah saponin. Hasil uji KLT menunjukkan bahwa ekstrak daun binahong mengandung saponin yang jumlahnya sedikit sehingga tidak dapat menghambat pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum. Jamur Fusarium oxysporum adalah jamur yang mampu bertahan hidup dalam waktu yang lama dalam bentuk klamidospora, daya untuk bertahan hidup ini disebut viabilitas. Jamur ini mudah didisolasi dan dapat tumbuh tanpa O2, toleran terhadap konsentrasi CO2. Fusarium oxysporum suhu optimum untuk tumbuhnya adalah 27-28°C. Pada suhu kurang dari 16°C dan lebih dari 34°C gejala penyakit lebih hebat (Kranz et al, 1997). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak daun binahong tidak memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum, hal ini dikarenakan jumlah kandungan saponinnya tidak terlalu besar.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries060210193010;
dc.subjectEstrak Daun Binahong, Pertumbuhan Jamur Fusariumen_US
dc.titleEfektivitas Estrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenora) Steen ) dalam Menghambat Pertumbuhan Jamur Fusariumen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record