Estimasi Posisi Akhir Deposisi Partikel dengan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan
Abstract
Di kehidupan nyata banyak sekali kegiatan yang menggunakan benda
berwujud bahan butiran. Bahan-bahan butiran ini biasa disebut sebagai partikel.
Penuangan gula pasir, penumpukan pasir atau batu, pengayakan pasir, dan
penyimpanan bulir padi merupakan contoh dinamika partikel. Dinamika partikel
melibatkan beberapa gaya, antara lain gaya gesek, gaya normal, dan gaya
gravitasi. Hasan (2003) telah menerapkan model stick and slip contact untuk
mensimulasikan salah satu dinamika partikel, yaitu deposisi partikel. Misalkan
terdapat 200 partikel di jatuhkan pada ketinggian tertentu pastilah struktur yang
terbentuk akan membentuk gundukan menyerupai segitiga. Mengapa kejadian
tersebut dapat di ketahui karena setiap kali mata kita melihat sebuah partikel yang
dijatuhkan pada ketinggian tertentu pasti stuktur akhirnya membentuk segitiga dan
informasi tersebut disimpan dalam otak. Berbagai disiplin ilmu mengembangkan
suatu metode komputasi yang memiliki karakteristik mirip dengan jaringan syaraf
biologi yakni mampu memroses informasi seperti otak manusia, salah satu metode
komputasi yang memiliki karakteristik seperti syaraf biologi manusia adalah
jaringan syaraf tiruan. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui posisi akhir
partikel ketika dalam keadaan stabil pada proses pelongsoran partikel.
Penelitian dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu menentukan kriteria
tumbukan antar partikel, selanjutnya memprediksi posisi akhir partikel berikutnya
ketika dalam keadaan stabil, kemudian menghitung tingkat kesalahan dalam
memprediksi posisi akhir partikel. Untuk memprediksi posisi akhir partikel,
jaringan syaraf tiruan memerlukan beberapa input data yang digunakan sebagai
ix
laju pembelajaran (learning rate). Input data diperoleh dari hasil perhitungan
simulasi awal dengan bantuan program FORTRAN. Setelah jaringan syaraf tiruan
mempelajari karakteristik data yang ada kemudian memprediksi posisi akhir n
partikel dengan bantuan program MATLAB. Dari hasil yang diperoleh tingkat
kesalahan terkecil terjadi pada saat learning rate 7 input data dengan
menggunakan 2 hidden layer. Sedangkan tiap-tiap layer terdiri dari 10 neuron
sampai 25 neuron, dengan proses normalisasi membagi seluruh input data yang
ada dengan data terbesar. Tingkat kesalahan terkecil diperoleh ketika
memasukkan data dari perhitungan simulasi awal bukan pada saat posisi partikel
sudah dalam keadaan stabil. Tingkat kesalahan cenderung naik ketika
memasukkan data dari simulasi akhir perhitungan, yakni ketika turunan pertama
dan kedua sama dengan nol, hal ini terjadi karena informasi data yang ada tidak
mengambarkan sebuah pola.
Untuk menghasilkan 2 output maka diperlukan 2 hidden layer, sedangkan
untuk mempercepat proses iterasi dapat dibatasi dengan menentukan jumlah
interval neuron yang digunakan dalam setiap layer. Apabila output yang
diperoleh sama dengan target yang diiginkan dapat ditunjukkan dengan koefisien
korelasi yang mendekati 1 artinya data antara output dengan target telah sesuai.