dc.description.abstract | Insidensi dan prevalensi penyakit ginjal kronik (PGK) meningkat dari tahun ke tahun baik di negara maju ataupun sedang berkembang. Malnutrisi sering dijumpai pada penderita PGK dengan dialisis ataupun sebelum mendapat terapi dialisis. Penyebab malnutrisi pada penderita PGK bersifat multifaktorial antara lain inflamasi, asupan protein energi yang menurun, asidosis metabolik, adanya penyakit penyerta, dan gangguan hormonal. Penurunan LFG menyebabkan kemampuan bersihan (klirens) ginjal menurun sehingga terjadi penumpukan bahan-bahan toksik (uremia). Timbulnya uremia disertai dengan peningkatan sitokin inflamasi dalam tubuh menyebabkan anoreksia yang mempengaruhi asupan makanan, hal ini merupakan penyebab penting timbulnya malnutrisi. Di samping itu, restriksi protein yang dilakukan juga mempercepat terjadinya malnutrisi. Terjadi pula perubahan metabolisme asam amino yang dibentuk di ginjal akibat PGK yang menyebabkan penderita mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya malnutrisi. Pasien PGK dengan hemodialisis (HD) rentan mengalami malnutrisi. Status gizi berperan penting dalam menentukan surveillance pasien PGK yang menjalani HD tersebut. Hingga saat
ini, belum ada satupun parameter yang ideal sebagai satu-satunya cara untuk menentukan status gizi pasien PGK. Hubungan antara perlakuan HD dengan status
gizi pasien menggunakan beberapa parameter masih belum banyak diteliti. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui bagaimana penilaian kadar albumin serum, IMT, dan tebal lemak kulit pada pasien PGK stadium 5 yang menjalani HD di RSD dr.Soebandi Jember.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan membandingkan hasil penilaian status gizi pada minggu pertama dan minggu keempat untuk mengetahui pengaruh HD terhadap status gizi pasien PGK stadium 5 di RSD dr. Soebandi. Waktu penelitian dilaksanakan selama bulan Desember 2009.
Penelitian ini menggunakan parameter status gizi berupa penilaian terhadap kadar
albumin serum, Indeks Massa Tubuh (IMT), dan tebal lemak kulit bisep dan trisep.
Pengukuran kadar albumin serum diambil dari sampel darah vena pasien post HD.
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara totally sampling. Sampel penelitian ini
menggunakan kriteria inklusi antara lain pasien telah menjalani HD minimal 4 kali,
berusia 15-65 tahun dan menyetujui informed consent; kriteria eksklusi antara lain
sepsis, menderita hepatitis B dan tidak menyetujui informed consent; kriteria drop out
meninggal saat periode penelitian. Analisis data menggunakan metode paired T-test
yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pasien PGK stadium 5 yang menjalani HD di RSD dr. Soebandi Jember pada bulan Desember 2009 didominasi oleh pria (70%), rerata usia 49,8 tahun, etiologi hipertensi (70%), rerata frekuensi HD tiap 5,8 hari sekali dan telah menjalani HD <1 tahun (70%). Dari hasil penilaian status gizi pasien, tidak terdapat hubungan bermakna antara perlakuan HD dengan penurunan kadar albumin serum (50%) pada minggu pertama dan minggu keempat, terdapat hubungan bermakna antara perlakuan HD dengan penurunan IMT (70%) pada minggu pertama dan minggu keempat, dan terdapat hubungan bermakna antara perlakuan HD dengan pernurunan tebal lemak kulit bisep (90%) dan trisep (70%) pasien PGK pada minggu pertama dan minggu keempat.
Pada penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa hemodialisis cukup berpengaruh terhadap penurunan status gizi pasien PGK stadium 5 di RSD dr. Soebandi Jember. Kesimpulan tersebut didaptkan dari hasil penilaian status gizi pasien dengan menggunakan indikator kadar albumin serum, IMT, dan tebal lemak kulit bisep dan trisep. | en_US |