VIABILITAS MONOSIT YANG DIPAPAR Streptococcus mutans DAN DIINKUBASI DENGAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum)
Abstract
Streptococcus mutans merupakan bakteri anaerob utama penyebab infeksi
karies dan infeksi odontogen. Infeksi odontogen merupakan infeksi yang terjadi pada
jaringan gigi yang awalnya bersumber dari kerusakan jaringan keras gigi atau
jaringan penyangga gigi yang disebabkan oleh bakteri. Penjalaran infeksi ini dapat
menyebar melalui pembuluh darah (hematogenous) dan dapat menyebabkan
terjadinya aterosklerosis bahkan infark miokardial akut.
Monosit merupakan salah satu jenis leukosit atau sel darah putih yang
berperan dalam fungsi sistem kekebalan tubuh. Fungsi dari monosit yaitu memfagosit
dan mencerna bahan asing beserta jaringan yang mati. Oleh karena itu, kelangsungan
hidup (viabilitas) monosit merupakan faktor yang sangat penting dalam proses
pertahanan tubuh guna merespon adanya bakteri S. mutans.
Viabilitas sel dipengaruhi oleh adanya radikal bebas yang dapat menyebabkan
kerusakan sel. Radikal bebas menyebabkan rusaknya struktur mebran sel. Zat
antioksidan berguna dalam mencegah terjadinya kerusakan sel. Tubuh memerlukan
antioksidan eksogen guna membantu kerja dari antioksidan endogen.
Bawang putih mengandung diallil disulfida yang dapat membantu kerja dari
antioksidan endogen. Diallil disulfida bekerja sebagai pelindung terhadap jenis
radikal bebas yang baru dengan memutus reaksi rantai dan mengubahnya menjadi
produk-produk yang lebih stabil. Sehingga integritas membran sel monosit tetap utuh
dan sel dapat melakukan aktifitas biokimia guna melanjutkan kehidupannya.
Minyak zaitun dan jinten hitam telah terbukti secara klinis mampu
meningkatkan viabilitas monosit. Minyak zaitun dan jinten hitam mengandung PUFA
yang dapat memperbaiki struktur membran sel yang rusak akibat radikal bebas.
viii
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui viabilitas sel monosit yang diinkubasi
dengan ekstrak bawang putih dan dipapar S. mutans dan menentukan konsentrasi
paling efektif ekstrak bawang putih yang dapat mempengaruhi viabilitas sel monosit.
Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris in vitro dengan rancangan
The post test only control group design. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium
Mikrobiologi Bagian Biomedik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan
Laboratorium Bioscience Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember. Pada penelitian ini digunakan sampel isolat monosit yang dibagi
menjadi tujuh kelompok yaitu kelompok yang diinkubasi dengan ekstrak bawang
putih konsentrasi 100%, kelompok yang diinkubasi dengan ekstrak bawang putih
konsentrasi 75%, kelompok yang diinkubasi dengan ekstrak bawang putih
konsentrasi 50%, kelompok yang diinkubasi dengan ekstrak bawang putih
konsentrasi 25%, kelompok kontrol negatif (tidak diinkubasi minyak zaitun), dan
kelompok kontrol positif yang diinkubasi dengan minyak zaitun konsentrasi 100%
dan minyak jinten hitam konsentrasi 100%. Viabilitas atau kelangsungan hidup
monosit diamati dengan pewarnaan trypan blue dimana sel monosit yang viabel
(hidup) memiliki membran sel yang tetap utuh dengan sitoplasma tetap bening setelah
dipapar bakteri (tidak menyerap pewarnaan trypan blue).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa urutan jumlah monosit yang viabel
(hidup), dari yang paling tinggi adalah kelompok yang diinkubasi dengan ekstrak
bawang putih konsentrasi 100%. Analisis data menunjukkan bahwa inkubasi dengan
ekstrak bawang putih konsentrasi 100% mempunyai fungsi setara dengan kelompok
kontrol positif dalam meningkatkan viabilitias monosit.
Kesimpulan hasil penelitian ini, ekstrak bawang putih (Allium sativum) dapat
meningkatkan viabilitas sel monosit yang dipapar S. mutans dimana konsentrasi
paling efektif ekstrak bawang putih yang dapat mempengaruhi viabilitas sel monosit
yang dipapar oleh S. mutans adalah 100%.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]