PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN SISWA (Studi Kasus Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kompetensi Dasar Perilaku Konsumen dan Produsen Siswa Kelas X8 Semester Ganjil SMA Negeri Arjasa Tahun Ajaran 2012/2013)
Abstract
Proses pembelajaran yang selama ini ditetapkan di sekolah-sekolah masih
menggunakan model pembelajaran konvensional
dengan metode ceramah bervariasi.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran Ekonomi di SMA Negeri Arjasa masih belum
sesuai harapan. Selain itu, Pemahaman siswa pada mata pelajaran tersebut juga masih
belum memenuhi KKM yang ditentukan sekolah. Agar siswa memiliki aktivitas
pemahaman
yang lebih baik, guru harus selektif dalam memilih pendekatan
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran Ekonomi. Salah satu
pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran Ekonomi
materi perilaku konsumen dan produsen adalah Pendekatan Keterampilan Proses.
Tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas
dan pemahaman siswa mata
pelajaran Ekonomi materi perilaku konsumen dan produsen pada siswa kelas X8
SMA Negeri
Arjasa melalui Pendekatan Keterampilan Proses tahun ajaran
201
2/2013.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yang
dilaksanakan sebanyak 2 siklus yang meliputi kegiatan perencanaan, tindakan dan
observasi, dan refleksi. Penentuan tempa
t penelitian menggunakan metode purposive,
yaitu pada kelas X
8 di SMA Negeri Arjasa. Pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan metode observasi, tes, wawancara dan dokumen
tasi. Analisis data yang
digunakan adalah analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan
pendekatan keterampilan
proses dapat meningkatkan aktivitas dan pemahaman siswa kelas X8 SMA Negeri
Arjasa
pada mata pelajaran Ekonomi materi perilaku konsumen dan produsen tahun
ajaran 2012-2013. Peningkatan aktivitas belajar tersebut dapat dilihat dari skor ratarata
yang diperoleh pada siklus I adalah 2,70% dan pada siklus II adalah 3,27%. Hal
ini berarti aktivitas belajar siswa meningkat dari kriteria cukup menjadi aktif. Secara
klasikal
siklus I ketuntasan belajar mencapai 70,58%, dan siklus II ketuntasan belajar
mencapai 88,23%, yang berarti pada siklus II telah mencapai standar ketuntasan
minimal yang ditentukan oleh sekolah.