Emi Kartikaningtias
Abstract
Fenomena pengemis anak setiap tahun selalu mengalami peningkatan.
Anak-anak merupakan anggota keluarga yang paling rentan sering menjadi
korban. Dengan ikut turunnya anak dalam mencari uang, menimbulkan
kerawanan sosial yang mengancam anak tersebut. Kerawanan sosial pengemis
anak merupakan anak yang dalam kedudukan kurang menguntungkan atau anak
yang dirugikan.
Tujuan penelitian ini adalah adalah untuk mengetahui, menemukan,
menganalisis dan mendiskripsikan tentang potensi kerawanan sosial yang terjadi
dari aktivitas anak menjadi pengemis di Kota Situbondo.
Pemilihan lokasi penelitian di kota Situbondo yang meliputi kecamatan
Situbondo dan kecamatan Panji. Penelitian terdapat di beberapa tempat yakni
Pasar Mimbaan dan daerah pertokoan di sekitarnya (kecamatan Panji, Situbondo),
di perempatan lampu merah di kawasan kota Situbondo dan terminal Situbondo.
Pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian dengan
cara observasi turun langsung ke lapangan untuk mengenal kehidupan informan,
melalui wawancara tanpa stuktur dan data pustaka. Cross chek data dilakukan
dengan pengecekan data dan informasi yang didapat oleh peneliti melalui
obsevasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini memberikan gambaran
pemahaman mengenai kondisi pengemis anak yang bekerja berupa data deskripsi
kualitatif sosiologis mengenai kehidupan mereka dan potensi kerawanan sosial
yang dapat terjadi dengan aktifitas mereka sebagai pengemis. diharapkan mampu
menjadi kajian ilmu pengetahuan sosial khususnya sosiologi serta memberikan
gambaran dan pengetahuan bagi masyarakat.
Pengemis anak di Situbondo masih mempunyai hubungan yang erat
dengan keluarganya. Hubungan erat dengan keluarganya tidak mempengaruhi
berkurangnya kerawanan yang mengancam terhadap pengemis anak. Pengaruh orangtua terutama ibu mempunyai peranan yang sangat besar terhadap turunnya
anak ke jalanan. Selain itu pula faktor lingkungan juga menjadi faktor penyebab.
Dengan adanya pengaruh orang tua dan lingkungan terutama ibu membuat
terjadinya perubahan pola pikir pada anak. Ibu yang berperan mensosialisasikan
nilai-nilai mengemis kepada anak mengakibatkan konstruksi budaya yang memicu
pertambahan pengemis anak.
Kerawanan sosial pengemis anak terdiri dari tiga yakni dari segi sosial,
mental dan fisik. Pertama kerawanan segi sosial adalah kerawanan eksploitasi
anak, pendidikannya dan kekerasan pada anak. Hal ini dikarenakan orangtua
merupakan penyebab keterlibatan anak-anak tersebut menjadi pengemis. Berbagai
bentuk eksploitasi yang dilakukan orangtua seperti sedari bayi anak telah
dikenalkan dengan dunia mengemis, menyuruh anak-anaknya untuk mengemis
dan menyewakan anaknya untuk mengemis. Hal tersebut dilakukan dengan dalih
untuk membantu perekonomian keluarga. Sehingga anak diwajibkan untuk
mengemis sepulang sekolah tanpa beristirahat terlebih dahulu. Apabila tidak
menghasilkan uang anak kerap mendapat perlakuan kekerasan dalam bentuk fisik
dan psikis. Sedangkan untuk pendidikan tidak ada perhatian khusus dari orangtua.
Pendidikan yang dicapai oleh pengemis anak pun hanya tingkat sekolah dasar.
Kedua kerawanan dari segi mental terjadi pola asuh yang salah yang
diterima oleh pengemis anak. Anak diajarkan dan disosialisasikan mengemis
sedari dini oleh orangtuanya terutama sang ibu. Sehingga budaya mengemis telah
melekat pada diri anak dan anak meniru apa yang telah di ajarkan oleh orangtua.
Orangtua mengajarkan budaya malas kepada anaknya dengan membiasakan
mereka untuk meminta-minta. Hal tersebut berpengaruh terhadap kemampuan
kognitif belajar anak dalam menyerap atau menerima pelajaran sangatlah susah.
Karena aktivitas sehari-hari anak yang kurang memprioritaskan pendidikan.
Ketiga anak yang turun ke jalanan sebagai pengemis juga berdampak
pada kerawanan dari segi fisik berupa kesehatan, pertumbuhan fisik, dan rawan
kecelakaan. Kerawanan tersebut terjadi dampak dari aktivitas sehari-hari anak
yang berada di tempat yang berbahaya untuk fisiknya, yaitu di jalanan.