dc.description.abstract | Masyarakat Indonesia sudah mengenal dan memakai tumbuhan berkhasiat
obat untuk penanggulangan masalah kesehatan jauh sebelum pelayanan kesehatan
formal dengan obat-obatan modern menyentuh masyarakat. Jahe dan kunyit
merupakan tanaman obat yang banyak digunakan untuk menanggulangi tujuan
tersebut. Dari beberapa hasil penelitian diketahui bahwa minyak atsiri jahe dan kunyit
berpotensi besar sebagai agen antimikroba (Ponglux et al.,1987).
Minyak atsiri merupakan campuran senyawa kimia yang kompleks dan
mudah menguap (Waterman, 1993). Aktivitas antimikroba minyak atsiri bergantung
pada komponen dan komposisi kimianya (Hoda et al.,1999). Ketepatan metode
ekstraksi yang dipakai untuk ekstraksi minyak atsiri merupakan langkah penting
dalam mencapai fungsinya secara maksimal. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui kandungan minyak atsiri dari rimpang jahe dan rimpang kunyit yang
diekstrak menggunakan metode ekstraksi pelarut dan distilasi uap serta mengetahui
bagaimana pengaruhnya terhadap aktivitas antimikrobanya terhadap bakteri
Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Salmonella thypi dan
jamur Candida albicans.
Ekstraksi pelarut dilakukan dengan merendam rimpang jahe dan kunyit dalam
campuran etanol : n-heksana (1:3). Minyak atsiri yang terekstrak dipisahkan dengan
cara evaporasi. Distilasi uap rimpang jahe dan kunyit dilakukan dengan mengalirkan
uap air kedalam tumpukan jaringan rimpang sehingga minyak atsiri tersuling bersama
dengan uap air, setelah pengembunan minyak atsiri dipisahkan. Ekstraksi minyak
atsiri dilakukan sebanyak 2 kali (satu kali ulangan). Distilasi uap dilakukan selama ±
5 jam dengan laju kondensasi distilat 0,9 ml/menit. Minyak atsiri hasil ekstraksi
viii
pelarut berwarna kuning pekat dan kental dan minyak atsiri hasil distilasi uap
berwarna kuning jernih dan lebih encer. Berat rimpang yang digunakan ±400 gram
untuk masing-masing rimpang. Persentase hasil minyak atsiri rimpang kunyit yang
diperoleh dari ekstraksi pelarut dan distilasi uap sebanyak 0,46 % dan minyak atsiri
rimpang jahe yang diperoleh dari metode ekstraksi pelarut sebanyak 0,38% dan hasil
distilasi uap sebanyak 0,53%.
Minyak atsiri rimpang jahe yang dihasilkan dengan metode ekstraksi pelarut
terdiri dari 12 komponen, sedangkan yang dihasilkan dengan menggunakan metode
distilasi uap terdiri dari 42 komponen. Minyak atsiri rimpang kunyit yang dihasilkan
dengan metode ekstraksi pelarut terdiri dari 24 komponen, sedangkan yang dihasilkan
dengan metode distilasi uap terdiri 31 komponen.
Uji aktivitas antimikroba dilakukan menggunakan metode difusi agar, yakni
dengan mengamati terbentuknya zona bening yang terbentuk di sekitar kertas cakram
pada agar yang ditumbuhi bakteri yang telah diberi minyak atsiri. Konsentrasi
minyak atsiri yang diberikan untuk uji aktivitas antibakteri sebesar 50μL/mL dan
volume yang diteteskan pada kertas cakram sebanyak 10μL
Hasil uji aktivitas antimikroba minyak atsiri kunyit dan jahe hasil ekstraksi
pelarut dan distilasi uap dapat menghambat pertumbuhan bakteri E. coli namun tidak
dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. thypi dan jamur C. albicans. Minyak atsiri
kunyit dan jahe hasil ekstraksi pelarut dapat menghambat pertumbuhan bakteri S.
aureus sedangkan hasil distilasi uap tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri
tersebut. Minyak atsiri jahe hasil kedua metode ekstraksi dapat menghambat
pertumbuhan bakteri B. Subtilis. Sementara minyak atsiri kunyit hasil distilasi uap
tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri B. Subtilis namun minyak atsiri kunyit
hasil ekstraksi pelarut dapat menghambat pertumbuhan bakteri tersebut. | en_US |