dc.description.abstract | Penelitian ini ingin mengetahui proses pengambilan keputusan laki-laki untuk
menjadi seorang waria, serta kendala yang dihadapi dalam prosesnya untuk menjadi
seorang waria di Jalan Jawa, Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember dalam usaha
pemenuhan kebutuhan bathiniah guna meningkatkan kesejahteraan seorang waria
secara pribadi dan individu. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif,
pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi, serta
dianalisis menggunakan analisis studi kasus.
Hasinya: proses pengambilan keputusan laki-laki menjadi seorang waria
sangatlah unik. Karena antara proses pengambilan keputusan waria yang satu dengan
waria yang lainnya berbeda dan tidak ada kesamaan sedikitpun. Keunikan ini terjadi
karena dalam setiap proses pengambilan keputusan dinamika social yang ada dalam
setiap proses pengambilan keputusan yang satu dengan proses pengambilan
keputusan yang lain berbeda. Proses pengambilan keputusannya seorang laki-laki
untuk menjadi waria dilakukan dalam beberapa tahap yaitu (i) tahap perumusan
masalah, permasalahan dalam proses pengambilan keputusan TBS untuk menjadi
seorang waria adalah penolakan yang dilakukan oleh para tetangga dan teman sekolah
TBS. Namun dalam hal ini pihak keluarga TBS tidak melarang TBS untuk menjadi
waria. Sedangkan yang menjadi permasalahan dalam proses pengambilan keputusan
NVI adalah penolakan oleh keluarga, tetangga maupun teman sekolah NVI. Namun
dalam hal ini NVI memperoleh dukungan dari teman-teman sesama warianya. (ii)
Pengumpulan informasi, dalam hal ini informasi yang dikumpulkan oleh TBS berupa
informasi tentang pekerjaan yang banyak dan cocok untuk waria, organisasi waria
dan bagaimana waria itu. Informasi tersebut diperolehnya dari artikel terkait.
x
Sementara informasi yang dikumpulkan oleh NVI berupa informasi tentang
bagaimana caranya agar NVI bisa diterima kembali oleh keluarganya sebagai seorang
waria, cara bertahan hidup dan bagaimana waria itu. Informasi tersebut diperolehnya
dari teman- teman sesama waria di dalam anggota orkes yang diperoleh dengan cara
berdiskusi (iii) Mencari alternatif tindakan, pada tahap ini alternatif yang dipilih TBS
dan NVI hanyalah menjadi seorang waria sebab menjadi seorang waria adalah
keinginan TBS dan NVI sejak kecil dan dengan menjadi seorang waria TBS dan NVI
akan merasa nyaman dan senang. (iv) Analisis alternatif yang fisibel, dalam tahap ini
TBS hanyalah menganalisis mengenai bagaimana repon para tetangganya. Sementara
NVI menganalisis mengenai bagaimana cara menghadapi ibu NVI dan respon yang
diberikan oleh para tetangganya. (v) Memilih alternative terbaik, menurut TBS dan
NVI alternatif terbaik dalam hal ini adalah dengan menjadi seorang waria. (vi)
Tindakan, dalam hal ini yang dilakukan pertama kali oleh TBS adalah memberi tahu
pihak keluarga mengenai keputusannya untuk menjadi seorang waria, kemudian
berbelanja kebutuhannya sebagi seorang waria dan melakukan usaha agar dirinya bisa
tampil seperti perempuan pada layaknya, serta memberanikan diri keluar rumah
sebagai seorang waria. Sementara tindakan yang dilakukan pertama kali oleh TBS
adalah berbelanja kebutuhannya sebagai seorang waria kemudian melakukan usahausaha
pembentukan tubuh dan perawatan kulit serta wajah sehingga NVI bisa terlihat
seperti perempuan dan menjadi waria secara utuh.
Setiap tahap yang dilalui pasti ada Kendala yang harus dihadapi, kendala
dalam proses pengambilan keputusan TBS menjadi seorang waria adalah berupa
cibiran dari para tetangga dan teman-teman sekolah TBS sewaktu TBS bersekolah.
Sementara kendala yang dihadapi NVI dalam prosesnya menjadi seorang waria
berupa penolakan dan cibiran dari pihak keluarga, tetangga dan teman-teman sekolah
NVI sewaktu NVI bersekolah.
Keinginan seorang laki- laki untuk menjadi waria yang kebanyakan mereka
rasakan sejak kecil inilah yang membuat laki- laki tersebut tidak memiliki keinginan
untuk mengurungkan niat mereka menjadi seorang waria. Kelainan tersebut akan
xi
semakin menguat jika dalam kesehariannya mereka mendapat perlakuan dan
dukungan dari lingkungan sekitar termasuk dari keluarga, teman dan tetangga
dekatnya. Namun meskipun banyak masalah yang dihadapi oleh seorang laki- laki
ketika berproses menjadi seorang waria hal tersebut tidaklah kemudian
mengurungkan niat mereka untuk menjadi seorang waria dan tetap pada kodratnya
yakni menjadi seorang laki- laki. mereka meyakini bahwasannya dengan merubah
diri mereka menjadi seorang waria maka mereka akan mendapatkan kebahagiaan
secara batiniah sehingga mereka akan merasa sejahtera.
Saran dalam penelitian ini diantaranya yakni :
a. Untuk mencegah timbulnya waria baru, maka Pola asuh dalam keluarga terutama
orang tua harus sesuai dengan tugas dan fungsinya
b. Jika ada anak menunjukkan perilaku yang mengarah pada pola tingkah laku waria
maka sebaiknya tidak memberikan penguatan berupa dukungan terhadap pola
tingkah laku tersebut
c. Mengingat banyaknya kendala dalam proses pengambilan keputusan laki-laki
menjadi waria maka sebaiknya laki-laki tetap pada kodratnya menjadi laki-laki
d. Masyarakat hendaknya memberikan ruang gerak terhadap waria dan eks. waria
untuk melakukan interaksi sosial dengan lingkungan masyarakat dan sesama
anggota waria
e. Terhadap sesama waria harus saling memberikan dukungan untuk menguatkan
waria secara psikologis dalam rangka menghadapi kendala yang ada | en_US |