dc.description.abstract | Platelet merupakan sel darah yang berperan penting dalam proses hemostasis.
Platelet beragregasi membentuk suatu sumbat hemostasis saat terjadi luka pada
pembuluh darah. Sumbat hemostasis dapat berupa bekuan darah yang terbentuk dari
agregat-agregat platelet, biasa disebut trombus. Pada keadaan normal, trombus
terbentuk untuk mencegah perdarahan, namun pada pembentukan trombus patologis,
trombus akan tetap terbentuk walaupun tidak ada luka pada pembuluh darah
Trombus patologis tersebut dapat menyebabkan penyakit kelainan vaskuler seperti
infark miokard, stroke, dan penyakit periferal vaskuler. Penyakit kelainan vaskuler
dapat ditangani dengan menggunakan terapi obat-obatan antitrombosis, meliputi
antiplatelet, antikoagulan dan fibrinolitik. Antiplatelet adalah terapi yang sering
digunakan dalam pencegahan dan pengobatan penyakit trombosis.
Aspirin dosis rendah adalah salah satu dari golongan antiinflamasi non steroid
yang dapat digunakan sebagai obat antiplatelet, namun berdasarkan beberapa
penelitian yang dilakukan sebelumnya, aspirin dilaporkan bersifat resisten pada
pasien kasus trombosis dengan prevalensi 5%-60%. Adanya resistensi dalam
penggunaan aspirin sebagai antiplatelet tersebut mendasari pencarian alternatif
sumber bahan alam atau senyawa baru yang dapat menekan agregasi platelet.
Cempedak (Artocarpus champeden Spreng.) merupakan salah satu tanaman genus
Artocarpus yang banyak terdapat di Indonesia. Sebagian besar kandungan flavonoid
dari cempedak adalah flavonoid terisoprenilasi. Pada penelitian sebelumnya, pada
tanaman sesama genus Artocarpus, kandungan senyawa tersebut memiliki aktivitas
sebagai antiinflamasi yang dapat menghasilkan aktivitas antiplatelet. Berdasarkan hal
viii
di atas, peneliti tertarik untuk melakukan uji aktivitas antiplatelet dari ekstrak
tanaman cempedak.
Bagian tanaman cempedak yang digunakan adalah kulit batang. Hal itu
dikarenakan pada ekstrak bagian tanaman tersebut telah didapatkan berbagai isolat
flavonoid terisoprenilasi. Ekstraksi dilakukan secara bertingkat menggunakan nheksana,
selanjutnya metanol. Ekstrak yang digunakan untuk pengujian adalah
ekstrak metanol. Dari 500 gram serbuk kulit batang cempedak yang dimaserasi
dengan 7,5 L metanol, dihasilkan 25,03 gram ekstrak kental metanol. Adanya
golongan senyawa flavonoid, termasuk flavonoid terisoprenilasi, dapat diketahui
melalui uji KLT flavonoid. Terdapat noda kuning intensif pada lempeng KLT setelah
disemprot penampak noda uap amoniak. Hal tersebut menunjukkan adanya senyawa
flavonoid.
Uji aktivitas antiplatelet ekstrak metanol kulit batang cempedak dilakukan
secara in vitro dan in vivo. Pengujian in vitro dilakukan untuk mengetahui pengaruh
ekstrak terhadap proses agregasi platelet pada PRP yang diinduksi dengan ADP.
Berdasarkan penurunan absorbansi sebelum dan sesudah penambahan ADP, dapat
diketahui persentase nilai inhibisi agregasi platelet. Pengujian in vivo dilakukan untuk
mengetahui pengaruh ekstrak terhadap waktu perdarahan dan koagulasi pada mencit.
Pada penelitian ini digunakan mencit galur Balb-C. Berdasarkan penentuan
perdarahan dan koagulasi yang diamati pada hari ke-0 dan hari ke-9 (8 hari
pemberian ekstrak), diperoleh persentase peningkatan waktu perdarahan dan waktu
koagulasi.
Pada masing-masing hasil tersebut, selanjutnya dilakukan analisis secara
statistik. Hasil uji normalitas dan homogenitas dari persentase peningkatan waktu
perdarahan, persentase peningkatan waktu koagulasi, dan persentase inhibisi agregasi
platelet pada masing-masing kelompok menunjukkan bahwa data terdistribusi normal
dan homogen, sehingga dapat dilanjutkan dengan uji One Way Anova, selanjutnya
dianalisis dengan uji lanjutan Least Significantly Difference (LSD) | en_US |