dc.description.abstract | Problematika pendidikan yang terjadi di Indonesia, salah satunya adalah
proses belajar mengajar yang diberikan di kelas, umumnya hanya mengemukakan
konsep-konsep dalam suatu materi. Pembelajaran yang banyak dilakukan adalah
model ceramah dengan cara komunikasi satu arah (teaching directed), dan yang aktif
90% adalah pengajar. Siswa biasanya hanya memfungsikan indera penglihatan dan
indera pendengarannya. Model pembelajaran tersebut dianggap kurang
mengeksplorasi wawasan pengetahuan siswa, sikap dan perilaku siswa. Karena
selama proses belajar mengajar, apabila konsentrasi siswa kurang optimal, maka
siswa akan mendapat kesulitan untuk menerima materi yang diajarkan pada saat itu.
Matematika menjadi pelajaran yang sangat membosankan bagi siswa. Akibatnya sulit
bagi siswa untuk menyimpan materi pelajaran tersebut dalam ingatan/ memori/ kesan
siswa.
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Tanggul mulai tanggal 30
November 2010 hingga 11 Desember 2010 dengan subjek penelitiannya adalah
semua siswa kelas VIII C SMP Negeri 3 Tanggul. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan metode pengumpulan data
antara lain observasi, wawancara, dokumentasi serta tes.
Dalam pembelajaran berdasarkan Model Experiential Learning dengan
Pendekatan SAVI Pada Teorema Pythagoras, siswa memperoleh pengalaman dari aktivitas fisik yang dilakukan. Pada tahap Pengalaman Nyata, siswa melakukan
observasi dengan melibatkan komponen Somatis, Visual serta Intelektual. Pada tahap
Observasi Refleksi, siswa mengamati hasil observasi kemudian berdiskusi dengan
anggota kelompok untuk menyelesaikan permasalahan pada LKS. Pada tahap
Konseptualisasi, bersama kelompok siswa merumuskan konsep kemudian
menuliskannya dengan pulpen warna pada LKS. Pada tahap ini siswa sulit untuk
merumuskan konsep. Presentasi dilakukan dengan menggunakan komponen auditori.
Untuk melatih komponen auditori guru meminta beberapa siswa untuk menyebutkan
kembali konsep yang telah dirumuskan. Pada tahap Implementasi siswa melatih
kemampuan intelektual dengan menyelesaikan tugas individu.
Kendala yang ditemui pada pembelajaran ini yaitu pada tahap merumuskan
konsep, siswa banyak mengalami kesulitan karena kemampuan individual yang
berbeda-beda. Selain dalam hal merumuskan konsep, siswa juga mengalami kesulitan
dalam mengajukan pertanyaan. Hal ini disebabkan siswa masih merasa malu untuk
mengajukan pertanyaan serta kesulitan siswa dalam membuat pertanyaan semakin
menyebabkan siswa kurang aktif bertanya.
Berdasarkan dari analisis data, diketahui bahwa pembelajaran ini dapat
meningkatkan aktivitas siswa baik aktivitas individu maupun aktivitas kelompok.
Selain aktivitas kelompok, dampak penting yang diperoleh dari pembelajaran ini
yaitu peningkatan hasil belajar siswa dimana pada siklus I ketuntasan klasikalnya
sebesar 72,50% dengan rata-rata nilai sebesar 76, sedangkan pada siklus II ketuntasan
klasikalnya mencapai 87,50% dengan rata-rata nilai sebesar 81,16. | en_US |