Show simple item record

dc.contributor.authorNURDIANA, Astuti
dc.date.accessioned2014-01-21T12:47:28Z
dc.date.available2014-01-21T12:47:28Z
dc.date.issued2014-01-21
dc.identifier.nim032010101025
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/20026
dc.description.abstractPersalinan prematur adalah persalinan yang terjadi terlalu awal dalam ukuran usia kehamilan, sedangkan bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir terlalu kecil dalam ukuran berat. Patofisiologi terjadinya persalinan kurang bulan yang terjadi spontan yang sebagian besar mengemukakan adanya aktifitas lebih dini dari mekanisme yang sama dengan persalinan cukup bulan. Bayi yang lahir prematur cenderung mempunyai berat lahir rendah. Namun bayi yang mempunyai berat lahir rendah belum tentu mengalami kelahiran prematur. Dimana BBLR merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas janin terbesar setelah hipoksia, anoksia dan infeksi. Terjadinya kelahiran prematur sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Pendapat baru menyebutkan bahwa selaput ketuban dan desidua merupakan tempat awal terjadinya proses persalinan kurang bulan, seperti telah diketahui sebelumnya bahwa selaput ketuban dan desidua mengandung bahan dasar prostaglandin, bila diaktifkan oleh rangsangan tertentu akan menyebabkan terjadinya kontraksi miometrium dan pematangan serviks. Beberapa keadaan yang merupakan predisposisi terjadinya persalinan preterm adalah pecahnya selaput ketuban secara dini, inkompentensia serviks, anomali uterus, uterus yang sangat teregang, anomali hasil konsepsi, kelainan plasenta, kontrasepsi intrauterine, kematian janin, pernah mengalami kelahiran preterm atau abortus lambat, penyakit maternal yang berat, umur ibu hamil disertai jarak antara dua kelahiran yang terlalu dekat, keadaan sosial ekonomi yang rendah, paritas serta preeklampsi-eklampsia. Dari hasil penelitian di RSUD dr.Soebandi jember periode 1 Januari 2003-31 Desember 2005 didapatkan 168 kasus kelahiran prematur , 42 kasus terjadi secara spontan dan 126 kasus terjadi dengan adanya indikasi. Hipertensi kehamlan menduduki peringkat tertinggi sebagai penyebab kelahiran prematur dengan indikasi yaitu 42 kasus (33,33%). Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa kelahiran prematur banyak terjadi pada G1 yaitu 72 kasus (42,86%) dengan usia 20 – 35 tahun. Selain itu bayi yang lahir prematur cenderung mempunyai nilai APGAR yang rendah. Dimana pada penelitian ini terdapat 81 kasus (48,21%) bayi mengalami asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3. Dengan penelitian ini diharapkan kita dapat mengetahui jenis kelahiran prematur yang terjadi. Selain itu kita juga dapat mengetahui paritas ibu dan kelompok usia ibu yang rawan mengalami kelahiran prematur serta dapat mengetahui nilai APGAR dari bayi yang lahir prematur. Ada beberapa hal yang perlu ditindak lanjuti dari penelitian ini, yaitu perlu dilakukannya pemeriksaan antenatal care (ANC) secara teratur guna mengantisipasi dan mengetahui faktor risiko yang mingkin menyebabkan kelahiran prematur terutama untuk kelompok primigravida, observasi lanjutan untuk tahun-tahun mendatang agar dapat dipantau kenaikan atau penurunan kasus kelahiran prematur di RSUD dr.Soebandi Jember serta perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut baik secara retrospektif maupun prospektif tentang faktor penyebab kelahiran prematur dikarenakan banyak faktor penyebab lain dengan frekuensi kecil yang memberikan kontribusi terhadap kelahiran prematur.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries032010101025;
dc.subjectKELAHIRAN BAYI PREMATURen_US
dc.titleProfil Kelahiran Bayi Prematur di RSUD DR. Soebandi Jember Periode 1 Januari 2003-30 Desember 2005en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record