Aplikasi Model Time Series Semiparametrik Ketika Model ARIMA Gagal Memenuhi White Noise (Studi Kasus Peramalan Curah Hujan Di Jember);
Abstract
Hujan merupakan faktor yang sangat penting di Jember yang sebagian
wilayahnya merupakan lahan pertanian dan perkebunan. Di lain pihak, hujan dapat
berarti kesulitan yang sangat serius karena dapat menyebabkan bencana alam. Data
pengamatan banyaknya curah hujan dapat di pandang sebagai data Time Series yaitu
data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk menggambarkan perkembangan
suatu kejadian (Supranto, 2000).
Analisis melalui pendekatan umum model Time Series (seperti ARIMA ,
ARMA ) adakalanya residualnya tidak memenuhi syarat w hite noise . Oleh karena itu
pendekatan dengan pemodelan Time Series Semiparametrik dapat digunakan sebagai
salah satu alternatif solusinya. Dalam model Time Series Semiparametrik dilakukan
dua pendekatan yaitu pendekatan parametrik yang terikat dengan asumsi bentuk
kurva regresi tertentu dan pendekatan nonparametrik yang tidak terikat dengan
asumsi bentuk kurva regresi tertentu dan bersifat fleksibel.
Untuk menentukan komponen parametrik dan nonparametrik pada model
Semiparametrik dapat dilihat pada nilai koefisien determinasi 2 R . Hasil analisis
menunjukkan bahwa 1 −tY dimodelkan sebagai komponen parametrik karena memiliki
nilai koefisien determinasi yang lebih besar dibandingkan dengan nilai koefisien
determinasi 2 −tY yang dinyatakan sebagai komponen nonparametrik yang nantinya
diestimasi dengan menggunakan penghalus kernel.
viii
Dalam teknik penghalusan regresi nonparametrik selalu berkaitan erat dengan
parameter penghalus h yang mengontrol kemulusan kurva atau fungsi regresi. Untuk
menentukan parameter penghalus digunakan kriteria Generalized Cross Validations
(GCV ) untuk mendapatkan nilai Bandwidth optimal.
Dari hasil analisis diperoleh nilai GCV minimum, yaitu 11473,33, pada
λ =
1,46 dengan t β
= -0,1597621 dan MSE dari pendekatan model Time Series
Semiparametrik adalah 2799,12. Pada analisis Time Series 12 0,1,1)(0,1,1)(ARIMA dan
120,1,0)(0,1,1)(ARIMA didapatkan nilai MSE yaitu 6840 dan 8661. Hal ini
menunjukkan bahwa MSE untuk model Time Series Semiparametrik lebih kecil dari
model Time Series ARIMA, sehingga pendekatan model Semiparametrik lebih baik
daripada pendekatan model ARIMA untuk peramalan data curah hujan di Jember.
Hasil peramalan dengan pendekatan model Time Series Semiparametrik
menunjukkan bahwa curah hujan tertinggi pada tahun 2006 terjadi sekitar bulan
Desember. Untuk itu dapat dilakukan antisipasi terhadap dampak buruknya pada
beberapa bulan disekitarnya.