dc.description.abstract | Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan syndrome atau
kumpulan penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV)
yaitu retrovirus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. AIDS memang telah
menjadi masalah serius yang mengancam kesehatan masyarakat. Klinik VCT
merupakan pintu gerbang untuk memperoleh informasi HIV/AIDS, melakukan
konseling dan tes HIV, serta dukungan pengobatan yang tepat bagi ODHA. RSD
Balung sebagai rumah sakit yang memiliki pelayanan VCT, membutuhkan pelayanan
yang berkualitas bagi pasien. Dengan demikian, pasien mendapatkan pelayanan yang
lebih baik, menurunkan stigma, dan mengurangi diskriminasi terhadap penderita
HIV/AIDS. Mengkaji sistem manajemen pelayanan VCT yang sesuai dengan kondisi
di RSD Balung dengan membandingkan pelayanan VCT yang ada di Pedoman
Pelayanan VCT berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1507/Menkes/SK/X/2005 dapat menggunakan pendekatan sistem input, proses, dan
output yang saling berkaitan.
Tujuan penelitian ini untuk mengkaji input yang meliputi sarana, SDM, dan
pendanaan dalam manajemen pelayanan VCT; mengkaji proses yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, tahapan pelayanan VCT, dan evaluasi kegiatan;
mengkaji output dalam manajemen pelayanan konseling dan testing HIV/AIDS
secara sukarela di Klinik VCT RSD Balung Kabupaten Jember tahun 2013. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Penentuan informan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan purposive
sampling. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 9 orang. Sumber data dalam
penelitian ini ada dua yaitu: data primer dari wawancara dengan indepth interview
dan observasi dengan menggunakan lembar check list. Data sekunder meliputi:
dokumen perencanaan pelayanan VCT, SPM pelayanan VCT, Tupoksi Pelayanan
VCT, kartu inventaris ruangan klinik VCT, struktur organisasi klinik VCT, buku
pedoman pelaksanaan VCT, dan data kunjungan pasien VCT. Tehnik pengumpulan
data primer dilakukan dengan cara wawancara dengan indepth interview dan
observasi dengan mengunakan lembar check list sedangkan data sekunder diperoleh
dari dokumen-dokumen terkait pelayanan klinik VCT. Triangulasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa komponen input dari sarana yang
mendukung dalam pelaksanaan program masih belum tersedia secara menyeluruh,
jumlah SDM yang terlatih sudah mencukupi dalam melaksanakan pelayanan dengan
latar belakang pendidikan yang telah ditetapkan, dan dana untuk program ini masih
belum mencukupi. Komponen proses pelaksanaan program pelayanan VCT dilihat
dari tahap-tahap pelayanan VCT yang di lakukan yakni konseling pra testing,
informed consent, testing dan konseling pra testing setiap elemen dari tahap-tahap
tersebut telah di laksanakan. Tetapi masih ada hambatan operasional dari pelaksanaan
pelayanan VCT adalah kemampuan mengkonseling klien karena adanya hambatan
eksternal dan hambatan internal dari klien. Komponen output sudah memberikan
pelayanan dengan baik sehingga pasien yang memanfaatkan pelayanan VCT dari
tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Dengan melihat komponen input,
proses, dan komponen output manajemen program pelayanan VCT di Klinik VCT
RSD Balung diharapkan untuk membuat rencana program yang lebih inovatif dan
tidak pasif menunggu pasien datang, harus lebih bergerak untuk mencari sasaran
penderita HIV/AIDS. Memperbaiki sistem pelayanan klinik VCT sesuai dengan
pedoman pelayanan VCT Kepmenkes Nomor 1507/Menkes/SK/X/2005. | en_US |