PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KUBIS DENGAN SISTEM TANAM TUMPANGSARI
Abstract
Masalah utama dalam budidaya kubis salah satunya adanya serangan
hama. Kerugian besar bahkan kegagalan panen dapat terjadi bila serangan hama
tersebut tidak diatasi dengan baik. Kehilangan hasil kubis akibat serangan hama
cukup tinggi yakni dapat mencapai 100% oleh Pluttela xylostella (Rukmana,
1994). Hama penting kubis lainnya yaitu ulat krop kubis Crocidololia binotalis
Zell yang mampu menyebabkan kerusakan berat dan dapat menurunkan produksi
kubis sebesar 79,81%. Dalam mengendalikan serangga hama tersebut petani
masih sering menggunakan insektisida.
Penelitian pengendalian hama pada kubis dengan sistem tanam
tumpangsari dilakukan di desa Semboro Kecamatan Semboro, Jember. Tujuan
dari penelitian ini untuk mengetahui jenis tumpangsari yang efektif dalam
mengendalikan hama tanaman kubis. Rancangan yang dipergunakan dalam
penelitian yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 6 perlakuan dan 5
ulangan. Perlakuan yang digunakan yaitu penanaman kubis monokultur, kubis
tumpangsari dengan cabai rawit, kubis tumpangsari dengan kenikir, kubis
tumpangsari dengan selasih, kubis tumpangsari dengan terung, dan kubis
tumpangsari dengan tomat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan tidak
efektif dalam menekan populasi hama ulat Crocidolomia binotalis maupun ulat
Plutella xylostella. Rata-rata populasi Crocidolomia binotalis pada tumpangsari
kubis dan selasih hasilnya lebih rendah dibandingkan kubis monokultur yaitu 0.89
ekor/tanaman. Sedangkan rata-rata populasi Plutella xylostella pada masingmasing
perlakuan hasilnya berbeda tidak nyata. Tumpangsari kubis dan selasih
menghasilkan berat per krop paling tinggi, yaitu 1.11 Kg/krop. Tumpangsari kubis
dan selasih menghasilkan kulitas krop dengan kriteria mutu II paling banyak.