HUBUNGAN VAGINAL DOUCHING DENGAN KEJADIAN KANKER LEHER RAHIM DI RSD dr. SOEBANDI KABUPATEN JEMBER
Abstract
Angka kejadian dan kematian akibat kanker leher rahim semakin meningkat 
dari tahun ke tahun di Indonesia maupun di dunia. Salah satu faktor risiko kanker 
leher rahim yaitu douching, dimana douching ini telah menjadi tren dan kebiasaan 
dalam masyarakat luas. Douching dapat menyebarkan infeksi vaginal atau servikal 
yang sudah terjadi ke arah atas menuju organ-organ panggul (rahim, tuba fallopii, dan 
ovarium). Untuk itu, peneliti menganalisis lebih lanjut mengenai hubungan antara 
douching dengan kanker leher rahim. Hal tersebut diperlukan agar dapat dilakukan 
tindakan pencegahan dengan menurunkan tingkat risiko pada orang yang rentan 
menderita  kanker  leher  rahim,  sehingga  diharapkan  dapat  menurunkan  angka 
kejadian kanker leher rahim. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan 
vaginal douching dengan kejadian   kanker leher rahim di Poli Kandungan dan 
Kebidanan RSD dr. Soebandi Jember. 
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dan bertempat di RSD 
dr. Soebandi Kabupaten Jember. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 85 responden, 
diambil  dengan  menggunakan  teknik  systematic  random  sampling.  Metode 
pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner.  Data 
dianalisis menggunakan uji Chi-square dengan taraf signifikansi < α (0,05) dan uji 
regresi logistik. 
Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  sebagian  besar  responden  tidak 
mengalami kejadian kanker leher rahim (75,3%), melakukan hubungan seks pertama 
kali pada usia ≤ 20 tahun (63,5%) dan tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral 
(63,5%). Mayoritas responden tidak pernah melakukan deteksi dini (83,5%) dan 
sebagian  besar  tidak  pernah  mengalami  riwayat  penyakit  kelamin (60,0%). 
 Sedangkan pada variabel douching, sebagian besar responden pernah melakukan 
douching (62,4%) dan paling banyak melakukan jenis douching secara eksternal 
(47,1%), menggunakan bahan buatan (51,8%), frekuensi douching dilakukan secara 
kadang-kadang (35,3%) serta lama waktu douching >3tahun (42,4%). Berdasarkan 
hasil analisis bivariabel didapatkan hubungan yang signifikan antara douching, jenis 
douching, frekuensi douching dan lama waktu douching dengan kejadian kanker leher 
rahim. Sementara itu, pada variabel luar terdapat hubungan yang signifikan antara 
usia pertama kali melakukan hubungan seksual, pemakaian kontrasepsi oral dan 
riwayat  penyakit  kelamin  dengan  kejadian  kanker  leher  rahim.  Pada  analisis 
multivariabel  menunjukkan  bahwa  internal  douching  dan  usia  pertama  kali 
melakukan hubungan seksual memiliki hubungan baik secara statistik maupun secara 
praktis dengan kejadian kanker leher rahim. 
Dengan demikian secara singkat dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan 
yang  signifikan antara kanker leher rahim dengan douching, jenis douching, frekuesi 
douching, lama douching, usia pertama kali melakukan hubungan seksual, pemakaian 
kotrasepsi oral dan riwayat penyakit kelamin. Selain itu risiko kejadian kanker leher 
rahim lebih besar terjadi pada wanita yang melakukan internal douching dengan usia 
pertama kali melakukan hubungan seksual <20 tahun. Untuk itu, berdasarkan hasil 
penelitian ini,seorang wanita sebaiknya menghindari douching secara internal dan 
penggunaan bahan douching seperti sabun secara sering dan perlunya penambahan 
mata pelajaran kesehatan reproduksi bagi siswa sekolah menengah atas.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2362]
