dc.description.abstract | RINGKASAN
Perbedaan Efektivitas Susu Kedelai, Air Madu, Susu Kedelai Madu dan Toksin
Alami terhadap Berat Badan Tikus Wistar Jantan; Ndhuk Ratih Mustiqo Hati,
061610101049; 2010: 42 halaman; Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.
Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada
pada tubuh antara tulang, otot, lemak, dan cairan tubuh. Peningkatan berat badan
berhubungan dengan konsumsi asupan makanan. Makanan berguna untuk
membentuk bagian-bagian tubuh dan mengganti bagian tubuh yang rusak. Selain itu,
makanan berguna untuk memberikan tenaga, dan mengatur semua proses di dalam
tubuh. Makanan bergizi mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral,
dan air (Almatsier, 2009). Selain asupan gizi yang tinggi, berat badan juga
dipengaruhi oleh proses penyerapan gizi, dan simpanan lemak di dalam tubuh.
Sumber protein utama berasal dari kacang-kacangan. Protein kedelai berguna
untuk pembelahan sel sehingga dapat meningkatkan berat badan. Selain protein,
kandungan kedelai yang bermanfaat untuk meningkatkan berat badan, antara lain
karbohidrat, vitamin, mineral dan isoflavon. Proses metabolisme dapat dipercepat
dengan konsumsi glukosa. Glukosa menghasilkan energi yang digunakan dalam
proses metabolisme, dengan konsumsi glukosa yang tinggi maka proses penyerapan
zat gizi menjadi lebih cepat dan berat badan menjadi meningkat. Bahan alami yang
mengandung kadar glukosa tinggi adalah madu. Kandungan nutrisi madu lain yang
bermanfaat meningkatkan berat badan, yakni asam amino, enzim, mineral, vitamin,
dan asam organik. Kombinasi protein susu kedelai dengan glukosa madu sebagai
sumber energi dalam proses metabolisme diharapkan dapat meningkatkan
pertumbuhan tubuh (berat badan).
Kenaikan berat badan dapat terhambat oleh zat toksin yang masuk ke dalam
tubuh. Zat toksik dilaporkan dapat menyebabkan defisiensi gizi di dalam tubuh
sehingga menimbulkan terhambatnya proses metabolisme dan timbulnya penyakit. β-
vii
Aminopropionitrile (β-APN) merupakan suatu zat toksik yang terkandung dalam
tanaman genus Lathyrus yang menyebabkan deformitas otot dan berdampak pada
pembentukan matriks tulang. Pada penelitian yang terdahulu dilaporkan bahwa tikus
yang mengkonsumsi Lathyrus terjadi penurunan kalsifikasi tulang, defisiensi asam
amino essensial, proses ikatan antarkolagen terhambat dan absorpsi lemak di usus
menurun. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek dari susu
kedelai, air madu, susu kedelai madu dan zat toksin alami terhadap berat badan tikus
wistar jantan.
Penelitian ini adalah eksperimental laboratories yang dilakukan di
Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember pada bulan Mei
hingga Juni 2010. Penelitian ini dilakukan pada enam kelompok, yaitu kelompok
kontrol negatif yang disuntikkan saline (0,004 x BB), kelompok kontrol positif yang
disuntikkan β-APN (0,004 x BB), kelompok perlakuan I yang disuntikkan saline
(0,004 x BB) dan sondase susu kedelai (0,004 x BB), kelompok perlakuan II yang
disuntikkan saline (0,004 x BB) dan sondase air madu (0,004 x BB), kelompok
perlakuan III yang disuntikkan saline (0,004 x BB) dan sondase susu kedelai madu
(0,004 x BB), dan kelompok perlakuan IV yang disuntikkan β-APN (0,004 x BB) dan
sondase susu kedelai madu (0,004 x BB). Perlakuan ini dilakukan selama 40 hari
dengan jumlah sampel masing-masing kelompok empat ekor tikus. Data yang
diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji One Way ANOVA dan Turkey HSD
dengan tingkat kepercayaan 95%.
Hasil perhitungan rata-rata berat badan pada kelompok kontrol negatif 116,95
gr, kelompok kontrol positif 18,30 gr, kelompok perlakuan I 107,72 gr, kelompok
perlakuan II 85,85 gr, kelompok perlakuan III 88,08 gr, dan kelompok perlakuan IV
54,3 gr. Kesimpulan dari penelitian ini adalah susu kedelai, air madu dan susu kedelai
madu dapat meningkatkan berat badan tikus wistar jantan dibandingkan dengan tikus
dengan konsumsi β-Aminopropionitrile. | en_US |