dc.description.abstract | Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam yang berlangsung
akut, menyerang baik orang dewasa maupun anak-anak, disertai dengan perdarahan
dan dapat menimbulkan renjatan (syok) yang dapat menimbulkan kematian penderita.
Penyebabnya adalah virus Dengue dan penularannya terjadi melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penderita yang mudah terkena DBD adalah anak
berusia dibawah 15 tahun, yaitu anak yang masih duduk di sekolah dasar. Walaupun
demikian, proporsi kasus orang dewasa cenderung meningkat.
Penatalaksanaan terhadap kasus DBD tidak dapat lepas dari kecermatan dalam
menentukan diagnosis dan kondisi (derajat) DBD karena perjalanan penyakit ini sulit
diramalkan. Penatalaksanaan penyakit DBD yang tepat dan cepat memegang peranan
penting dalam menentukan tingkat morbiditas dan mortalitas penderita DBD, karena
dengan pengenalan dini dan terapi yang tepat, angka kematian yang awalnya
mencapai 20% dapat direduksi menjadi kurang dari 1%.
Karya tulis ini bertujuan untuk mengetahui penatalaksanaan Demam Berdarah
Dengue pada anak di seluruh puskesmas keperawatan wilayah Kabupaten Jember
periode 1 Januari–31 Desember 2007. Metode penulisan yang digunakan yaitu
metode deskriptif kuantitatif dengan mengambil data secara retrospektif berupa
rekam medis pasien anak 0-18 tahun yang dicurigai menderita DD,DBD/DSS
periode 1 Januari–31 Desember 2007 di seluruh puskesmas keperawatan wilayah
Kabupaten Jember. Penelitian ini bertempat di bagian rekam medis di seluruh
puskesmas keperawatan wilayah Kabupaten Jember dan dilakukan pada bulan April–
Mei 2008. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa selama tahun
2007, terdapat 273 pasien anak yang dicurigai menderita DBD di seluruh puskesmas
keperawatan wilayah Kabupaten Jember, dan tidak terdapat pasien anak yang
dicurigai menderita DD maupun DSS. Pasien anak yang dicurigai menderita DBD
paling banyak berumur 5-14 tahun, yaitu sebesar 175 penderita, diikuti kelompok
umur
≥15 tahun sebesar 58 penderita, dengan anak yang berjenis kelamin laki-laki
sebesar 126 penderita dan yang berjenis kelamin perempuan sebesar 147 penderita.
Pekerjaan orang tua penderita paling banyak adalah wiraswasta, yaitu sebesar 137
orang, dan diikuti pedagang sebesar 53 orang. Gejala klinis yang sering terjadi adalah
demam, mual, dan muntah. Kejadian DBD paling banyak terdapat pada bulan
Desember, yaitu sebesar 68 kasus, diikuti bulan Februari sebesar 47 kasus, dan bulan
Maret sebesar 32 kasus. Penatalaksanaan yang diberikan oleh puskesmas meliputi
rawat inap sebesar 100%, pemberian infus sebesar 100%, pemberian antipiretik
sebesar 100%, pemberian antibiotik sebesar 100%, pemberian vitamin sebesar
42,12%, pemberian kortikosteroiud sebesar 34,43%, pemberian antiemetik sebesar
31,87%, dan pemberian analgesik sebesar 19,05%.
Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini adalah pasien anak yang
dicurigai menderita DBD paling banyak berumur 5-14 tahun, tidak terdapat
perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin penderita, semua orang tua penderita
mempunyai pekerjaan, gejala klinis tersering adalah demam, kejadian DBD paling
banyak terdapat pada bulan Desember, dan seluruh puskesmas keperawatan dalam
melakukan penatalaksanaan DBD tidak sesuai dengan prosedur WHO. | en_US |