dc.description.abstract | Demam berdarah dengue (DBD) telah menjadi masalah kesehatan bukan
hanya di Indonesia tetapi juga di negara lain di Asia Tenggara (Dharma, dkk., 2006).
Indonesia menduduki peringkat kedua, penyakit DBD setelah Thailand. Jawa Timur
dinyatakan sebagai daerah endemis demam berdarah. Penyebaran kasus DBD di Jawa
Timur terdapat di 38 kabupaten/kota, dan juga menyebar di beberapa kecamatan atau
desa yang ada di wilayah perkotaan maupun di pedesaan. Jumlah kasus dan kematian
DBD di Jawa Timur selama 4 tahun (tahun 2001 sampai 2004) menunjukan angka
yang fluktuatif, namun cenderung meningkat. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Jember, tahun 2004 terjadi 247 kasus, tahun 2005 terjadi 1077 kasus, dan tahun 2006
terjadi 1050 kasus. Hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Jember terjangkit
penyakit DBD di tahun 2005 dan 2006 (Wahjudi, dkk., 2007).
Infeksi dengue diakibatkan oleh virus dengue yang disebarkan oleh nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albocpitus (Chen, dkk., 2009). Vektor DBD yang utama
adalah nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang
merupakan anggota genus Flavivirus dari family Flaviviridae. Oleh karena ditularkan
melalui gigitan artropoda maka virus dengue termasuk arbovirus (Dharma, dkk.,
2006).
Diagnosa lebih awal sangat dibutuhkan agar penanganannya lebih cepat dan
sesuai. Rongga mulut dan cairan yang ada didalamnya merupakan salah satu yang
mencerminkan terjadinya rangkaian perubahan imunologik yang kompleks. Dalam
rongga mulut terdapat cairan rongga mulut yang terdiri dari cairan sulkus gingiva dan
whole saliva, secara normal mengandung molekul-molekul kecil seperti halnya
beberapa plasma protein memiliki suatu komposisi yang mirip dengan cairan limfa
yang bisa dianggap sebagai transudat. Mediator-mediator radang atau marker
kerusakan jaringan lain di dalam tubuh dengan cepat tersebar dalam cairan krevikular
gingiva yang akan tersekresi dalam jumlah tertentu di rongga mulut akan membantu
menegakkan diagnosa (Ratnaningsih, 2005). Neutrofil merupakan salah satu
komponen dari sistem imun tubuh non spesifik yang terdepan dalam mencegah infeksi oleh berbagai mikroba seperti: bakteri, jamur, protozoa, virus dan sel-sel yang terinfeksi oleh virus (Miller, 2005). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya migrasi Polymorphonuclear Neutrophil (PMN) dari cairan sulkus gingiva dan whole saliva serta mengetahui bahwa cairan sulkus gingiva dan whole saliva dapat digunakan sebagai dasar untuk deteksi dini pasien DBD.
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011. Penelitian
ini menggunakan sampel whole saliva dan cairan sulkus gingiva yang didapatkan dari
volunter penderita DBD dan volunter normal atau yang tidak terdiagnosa DBD.
Untuk kelompok kontrol yakni volunter normal didapatkan 10 sampel untuk masing-
masing whole saliva dan cairan sulkus gingiva, sedangkan kelompok kedua yang
terdiagnosa DBD didapatkan 10 sampel untuk masing-masing whole saliva dan
cairan sulkus gingiva. Kedua kelompok dilakukan perlakuan yang sama yakni
pembuatan preparat hapusan serta diamati jumlah PMN di bawah mikroskop.
Analisa statistik untuk melihat adanya migrasi sel PMN pada whole saliva dan
sulkus gingiva pada DBD adalah menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk uji
normalitas data. Kemudian untuk mengetahui adanya perbedaan antar dua kelompok
digunakan uji Independent T-test dengan tingkat kemaknaan 95% (α=0,05). Hasil uji
Independent T-test untuk PMN whole saliva adalah P= 0,001 yang artinya Ho
ditolak, jadi terdapat perbedaan jumlah PMN whole saliva normal dengan jumlah
PMN whole saliva DBD, dimana jumlah PMN pada whole saliva DBD lebih banyak
dibandingkan jumlah PMN pada sampel normal. Hasil uji Independent T-test untuk
PMN sulkus gingiva adalah P= 0,000 yang artinya Ho ditolak, jadi terdapat
perbedaan jumlah PMN sulkus gingiva normal dengan jumlah PMN sulkus gingival DBD, dimana jumlah PMN pada sulkus gingiva DBD lebih banyak dibandingkan jumlah PMN pada sampel normal.
PMN yang ditemukan dalam penelitian ini mengalami peningkatan dalam
whole saliva dan cairan sulkus gingivanya, ini karena kerusakan sel-sel endotel dalam
rongga mulut yang akan memacu terjadinya proses inflamasi yang akan mengaktifkan
neutrofil sebagai salah satu penandanya. Karena itulah salah satu manifestasi yang
ditimbulkan dari keadaan inflamasi adalah meningkatnya persentase kadar neutrofil,
sesuai dengan pendapat Jufrie et al. (2000). Sulkus gingiva dan whole saliva berisi
cairan yang jumlahnya meningkat bila terdapat keradangan, dimana pada cairan
sulkus gingiva yang meradang jumlah neutrofil, makrofag, limfosit, monosit, ion
elektrolit, protein plasma, dan endotoksin bakteri bertambah banyak (Vindani, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa, terdapat
perubahan migrasi sel PMN pada cairan whole saliva dan sulkus gingiva pada sampel
DBD dibandingkan dengan sampel normal yang tidak terdiagnosa DBD, yang artinya
terdapat lebih banyak sel PMN pada cairan whole saliva dan sulkus gingiva pada
penderita DBD. | en_US |