Show simple item record

dc.contributor.authorDwi Puji Lestariningsih
dc.date.accessioned2014-01-21T03:03:21Z
dc.date.available2014-01-21T03:03:21Z
dc.date.issued2014-01-21
dc.identifier.nimNIM060210193239
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/19391
dc.description.abstractDemam typhoid masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting di Indonesia. Penyakit ini merupakan penyakit menular akibat infeksi Salmonella typhi. Salmonella typhi termasuk famili entrobacteriuaceae dan bersifat anaerob fakultatif atau aerob, tidak berspora, intraseluler fakultatif. Salah satu tanaman yang mengandung efek antimikroba terhadap Salmonella typhi adalah Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa L.). Rosella merupakan tanaman yang dipercaya dapat mengatasi radang, kanker, penyakit jantung, hipertensi, dan sakit pencernaan. Ekstrak Rosella Merah dapat mengatasi kejang, mengobati cacingan dan batuk, sebagai anti bakteri dan anti septik usus. Rosella Merah sering kali digunakan untuk menurunkan demam yang tinggi dan sebagai antibiotik alami. Zat antibiotik pada Rosella adalah gossypetin dan antosianin. Semakin banyak kandungan antosianin semakin pekat warna merahnya. Zat warna merah bunga Rosella Merah terbukti dapat mematikan bakteri Microbacterium tuberculosis penyebab TBC. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak bunga Rosella Merah dan dosis optimum ekstrak bunga Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa L.) yang mampu menurunkan demam typhoid pasca infeksi Salmonella typhi pada Rattus norvegicus L. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5 kelompok perlakuan yaitu kelompok perlakuan induksi ekstrak bunga Rosella Merah dengan dosis 200 mg/KgBB; 400 mg/KgBB; 800 mg/KgBB; induksi kloramfenikol, dan induksi akuades. Hasil perolehan data dianalisis dengan analisis Anova, dan BNT dari program SPSS for window. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan suhu tubuh dan titer antibodi dalam darah tikus tiap masing-masing tahap. Pada (P1) induksi ekstrak bunga Rosella Merah dosis 200 mg/KgBB mengalami penurunan suhu dari 39,30 C menjadi 38,30 o C; (P2) induksi ekstrak bunga Rosella Merah dosis 400 mg/KgBB mengalami penurunan suhu dari 39,30 ix o C menjadi 37,83 o C; (P3) induksi ekstrak bunga Rosella Merah dosis 800 mg/KgBB mengalami penurunan suhu dari 39,47 C menjadi 37,57 o C. Pada K(+) yang diinduksi kloramfenikol juga mengalami penurunan suhu dari 39,37 o C menjadi 37,33 o C; sedangkan pada K(-) yang diinduksi akuades suhu terus mengalami kenaikan hingga mencapai 39,67 o C. Titer antibodi O, pada tahap aklimatisasi seluruh sampel menunjukkan negatif. Pada tahap infeksi S. typhi, terjadi kenaikan titer yaitu P1, P2, P3, K(+), memiliki nilai titer antibodi sebesar 1/20 sedangkan K(-) memiliki nilai titer antibodi sebesar 1/40. Pada uji widal 3 titer antibodi mengalami penurunan menjadi negatif pada semua perlakuan, kecuali pada K(-) meningkat menjadi 1/60. Antibodi aglutinin yang ada dalam serum penderita muncul karena adanya rangsangan antigen bakteri (baik antigen O, maupun antigen H). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak bunga Rosella Merah mampu menurunkan demam typhoid berupa penurunan suhu dan penurunan titer antibodi dalam darah. Dosis optimum yang mampu menurunkan gejala demam typhoid yaitu 200 mg/KgBB. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti berharap diadakan penelitian lebih lanjut mengenai tanaman Rosella Merah sebagai obat alternatif penyakit lainnya, serta dilakukan pelestarian dan budidaya tanaman Rosella merahen_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries060210193239;
dc.subjectEkstrak Bunga Rosella Merah, Demam Typhoid Pada Tikus Putihen_US
dc.titlePENGARUH EKSTRAK BUNGA ROSELLA MERAH (Hibiscus Sabdariffa L. Var. trionum) TERHADAP DEMAM TYPHOID PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L.)en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record