UJI EKSTRAK DAUN SINGKONG (Manihot esculenta) TERHADAP JUMLAH NEUTROFIL PADA PROSES PENYEMBUHAN LUKA TIKUS (Rattus norvegiccus)
Abstract
Daun Singkong memiliki kandungan flavonoid, triterpenoid, saponin, tannin
dan vitamin C yang lebih tinggi daripada sayuran lainnya, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai obat herbal dalam proses penyembuhan luka. Salah satu luka
yang bisa terjadi dalam bidang kedokteran gigi adalah luka eksisi pada gingiva yang
sering ditimbulkan oleh tindakan kedokteran gigi. Biopsi eksisi merupakan salah satu
terapi dalam bidang kedokteran gigi. Pada fase awal penyembuhan luka akan terjadi
proliferasi leukosit, terutama sel neutrofil. Kualitas proses penyembuhan luka akan
dipengaruhi oleh fase awal ini, yaitu tingkat keparahan radang yang terjadi. Oleh
karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pemberian ekstrak daun
Singkong (Manihot esculenta) dalam menurunkan jumlah neutrofil saat proses
penyembuhan luka tikus Wistar jantan (Rattus norvegiccus) pada hari ke-1, ke-2 dan
ke-3.
Jenis penelitian ini merupakan eksperimental laboratoris dengan rancangan
the posttest only control group design. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
Bioscience Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Jember, Laboratorium Biomedik
bagian Farmakologi dan Histologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember. Dua
puluh tujuh ekor tikus wistar jantan dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu
kelompok kontrol negatif yang diberi plasebo berupa CMC-Na 0,5%, kelompok yang
diberi ekstrak daun Singkong dan kelompok kontrol positif yang diberi aspirin
chemical pure secara per oral setiap hari. Luka yang digunakan adalah jenis luka
biopsi eksisi pada gingiva regio labial insisivus kanan rahang bawah menggunakan
punch biopsy diameter 2,5 mm dengan kedalaman mencapai tulang alveolar. Pada
hari ke-1, ke-2 dan ke-3 pasca perlukaan, 3 ekor dari setiap kelompok didekaputasi
dan diambil jaringan luka beserta gigi dan tulang alveolarnya untuk diproses secara
histologi, kemudian dilakukan perhitungan sel neutrofil di bawah mikroskop. Data
yang didapat dianalisis dengan menggunakan uji Two Way Anova, yang dilanjutkan
dengan uji LSD (α = 0,05).
Analisis data menggunakan Kolmogorov-Smirnov menunjukkan data yang
terdistribusi normal. Analisis data menggunakan Levene’s Test menunjukkan data
yang homogen. Uji parametrik Two Way Anova menunjukkan perbedaan yang
signifikan antara kelompok ekstrak dan kontrol negatif pada hari ke-2 dan ke-3 dan
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok ekstrak dan kontrol positif.
Hal ini diduga karena adanya potensi antiinflamasi, antioksidan dan antibakteri yang
ada dalam kandungan ekstrak daun Singkong, yaitu kandungan flavonoid rutin,
triterpenoid, saponin, tanin dan vitamin C. Tidak adanya perbedaan yang signifikan
antara kelompok ekstrak dan kelompok kontrol positif menandakan bahwa potensi
ekstrak daun Singkong setara dengan aspirin dalam menurunkan jumlah neutrofil
pada proses penyembuhan luka.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol negatif
dan kontrol positif maupun antara kelompok kontrol negatif dan kelompok ekstrak
pada hari ke-1. Hal ini diduga karena efek pemberian obat maupun ekstrak pada hari
pertama masih belum bekerja secara optimal karena durasi pemberian yang masih
singkat. Selain itu, jumlah neutrofil memang akan meningkat secara fisiologis mulai
hari ke-1 hingga ke-2 dalam fase radang akut selama proses penyembuhan luka.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun
Singkong berpotensi dalam menurunkan sel neutrofil pada proses penyembuhan luka.
Potensi ekstrak daun Singkong setara dengan potensi aspirin.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]