dc.description.abstract | Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
tuberculosis (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB akan
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya seperti meninges,
tulang, sendi, saluran urogenital, dan kulit. Di dalam jaringan tubuh kuman TB dapat
bertahan lama yang selama beberapa tahun diistilahkan dengan dormant ( Anonim,
2001).
Penularan TB paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan ke udara
oleh penderita TB aktif menjadi droplet nuclei / partikel infeksi. Bila partikel infeksi
tersebut terhisap oleh orang sehat, maka akan menempel pada jalan nafas paru-paru.
Kurang lebih 30 % orang yang berinteraksi lama dengan penderita TB aktif juga akan
terinfeksi TB. Perkembangan lebih lanjut dari kuman TB tergantung pada daya tahan
tubuh host (Peloquin C.A., 2002).
Penderita TB paru yang kebanyakan bergizi buruk membutuhkan makanan
yang banyak mengandung protein untuk mempercepat perbaikan sel-sel yang rusak
dan jaringan yang rusak karena TB. Bila kandungan protein kurang, albumin kurang,
proses penyembuhan terhambat. Kaitan penyakit infeksi dengan keadaan gizi kurang
merupakan hubungan timbal balik yaitu hubungan sebab akibat. Penyakit infeksi
dapat memperburuk keadaan gizi, dan keadaan gizi yang jelek dapat mempermudah
terkena infeksi. Penyakit yang umumnya terkait dengan masalah gizi antara lain
tuberkolosis, diare, dan batuk rejan. (Supariasa dkk, 2001).
Ekstrak ikan gabus mengandung albumin cukup tinggi yang sangat
dibutuhkan tubuh, mengingat fungsi albumin adalah sebagai protein transport. Albumin berperan dalam mengangkut molekul-molekul kecil yang kurang larut air
seperti asam lemak, mengikat obat-obatan, anion dan kation kecil serta unsur-unsur
runutan. Dengan adanya albumin ini tentunya akan memperlancar distribusi zat-zat
makanan di dalam tubuh sehingga metabolisme berjalan lancar dan pertumbuhan
tidak terhambat hal ini ditandai dengan kenaikan berat badan dan peningkatan kadar
albumin.
Penelitian ini merupakan penelitian experimental dengan memberikan
intervensi: kapsul ekstrak ikan gabus (3 kali sehari dengan bobot serbuk tiap kapsul
0,47 gram) selama 10 hari pada kelompok perlakuan dan tanpa pemberian ekstrak
ikan gabus pada kelompok kontrol. Analisa data menggunakan SPSS, uji yang
digunakan merupakan uji hipotesis komparatif variabel numerik dua kelompok yang
meliputi uji t berpasangan untuk kenaikan berat badan dan kadar albumin kelompok
perlakuan sebelum dan sesudah pemberian ekstrak ikan gabus dan uji t tidak
berpasangan untuk kenaikan berat badan dan kadar albumin pasien antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol. Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu
dilakukan tes normalitas (sebaran data) dengan Shapiro-Wilk karena jumlah sampel <
50. Pada uji t berpasangan, jika memenuhi syarat (sebaran data normal) maka dipilih
uji t berpasangan dan jika tidak memenuhi syarat (sebaran data tidak normal) maka
dipilih uji Wilcoxon. Sedangkan pada uji t tidak berpasangan, jika memenuhi syarat
(sebaran data normal) maka dipilih uji t tidak berpasangan dan jika tidak memenuhi
syarat (sebaran data tidak normal) maka dipilih uji Mann-Whitney.
Data yang diperoleh kemudian dianalis menggunakan SPSS. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa hasil uji t berpasangan untuk kenaikan berat badan dan
kadar albumin kelompok perlakuan sebelum dan sesudah pemberian ekstrak ikan
gabus diperoleh nilai significancy 0,001 dan 0,002 (p < 0,05), hal ini berarti terdapat
perbedaan kenaikan berat badan dan kadar albumin yang signifikan sebelum dan
sesudah pemberian ekstrak ikan gabus pada kelompok perlakuan. Sedangkan untuk
kenaikan berat badan dan kadar albumin pasien antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol dengan uji Mann-Whitney, diperoleh nilai significancy 0,003 dan 0,028 karena nilai p < 0,05 dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara kenaikan berat badan dan kadar albumin kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol. | en_US |