dc.description.abstract | Hasil analisis dari hasil belajar di kelas VIII-D SMPN 1 Bangsalsari
menunjukkan ketuntasan hasil belajar fisika siswa masih rendah yaitu hanya
23.53% dari total 34 siswa yang memiliki skor diatas 70 KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal). Jika ditinjau dari aktivitas belajar fisika siswa di kelas,
siswa kelas VIII-D memiliki aktivitas yang rendah. Rendahnya aktivitas belajar
fisika siswa di kelas ditunjukkan oleh; (1) hanya ada 16 orang siswa yang
mencatat setelah guru menjelaskan materi; (2) saat guru memberikan latihan soal,
hanya ada 16 orang siswa yang mengerjakan soal, namun ketika diminta untuk
mengerjakan di depan kelas, hanya 2 orang siswa yang maju; (3) ketika guru
memberikan kesempatan bertanya, hanya ada 4 orang siswa yang mengajukan
pertanyaan; (4) pada saat guru bertanya, hanya ada 12 orang siswa yang
menjawab pertanyaan dari guru. Skor rata-rata aktivitas belajar fisika siswa adalah
35.79%.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tindakan kelas
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Creative Problem
Solving (CPS) disertai metode demonstrasi untuk meningkatkan aktivitas dan
ketuntasan hasil belajar fisika siswa kelas kelas VIII-D SMPN 1 Bangsalsari.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas dan
ketuntasan hasil belajar fisika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Creative Problem Solving (CPS) disertai metode demonstrasi pada siswa kelas
VIII-D SMPN 1 Bangsalsari.
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas, sehingga subyek
penelitian sudah ditetapkan di kelas VIII-D SMPN 1 Bangsalsari tahun ajaran 2011/2012 yang dimulai tanggal 14-21 Mei 2012. Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, dokumentasi, wawancara dan
tes. Data yang didapatkan adalah aktivitas belajar dan ketuntasan hasil belajar
fisika selama proses pembelajaran yakni pada siklus 1 dan siklus 2 serta hasil
wawancara dengan guru bidang studi dan siswa.
Hasil analisis data memperlihatkan bahwa persentase aktivitas belajar
siswa pada observasi awal yaitu: mencatat sebesar 49.02%, mengerjakan soal
47.06%, bertanya 11.77%, menjawab 35.29%, sedangkan pada siklus 1 untuk
aktivitas menjawab pertanyaan 45.59%, mengamati demonstrasi 94.12%, diskusi
kelompok 75%, bertanya 63.24%, mempresentasikan penyelesaian masalah
70.59% sehingga peningkatan aktivitas belajar siswa dari observasi awal ke siklus
1 sebesar 0.5 dengan kriteria sedang. Pada siklus 2 untuk aktivitas menjawab
pertanyaan 63.24%, mengamati demonstrasi 100%, diskusi kelompok 94.12%,
bertanya 82.35%, mempresentasikan penyelesaian masalah 82.35% sehingga
peningkatan aktivitas belajar siswa dari observasi awal ke siklus 2 sebesar 0.7
dengan kriteria tinggi. Peningkatan ketuntasan hasil belajar fisika siswa pada
siklus 1 sebesar 0.5 dalam kriteria sedang, dan ketuntasan klasikalnya masih
dibawah 75% yaitu 61.76% sehingga dilanjutkan ke siklus 2. Peningkatan
ketuntasan hasil belajar fisika siswa pada siklus 2 sebesar 0.79 dalam kriteria
tinggi, dan ketuntasan klasikalnya sudah tercapai yaitu 100% sehingga siklus
dihentikan.
Kesimpulan penelitian ini adalah; (1) Peningkatan aktivitas belajar fisika
siswa menggunakan model pembelajaran koopertif tipe Creative Problem Solving
(CPS) disertai metode demonstrasi dari sebelum tindakan (observasi awal) ke
siklus 1 sebesar 0.5 dalam kriteria sedang, dan pada siklus 2 sebesar 0.7 dalam
kriteria tinggi; (2) Peningkatan ketuntasan hasil belajar fisika siswa menggunakan
model pembelajaran koopertif tipe Creative Problem Solving (CPS) disertai
metode demonstrasi dari sebelum tindakan (observasi awal) siklus 1 sebesar 0.5
dalam kriteria sedang, dan pada siklus 2 sebesar 0.79 dalam kriteria tinggi. | en_US |