ANALISIS HUMANIORA TERHADAP NOVEL DUA HATI MENUJU MATAHARI KARYA AYU SUTARTO
Abstract
Bima menikah pada usia menjelang tiga puluh tahun. Pada waktu itu, ia
telah mendapat pekerjaan sebagai seorang pengajar di sebuah Perguruan Tinggi
Negeri di Yogyakarta. Ia menikah dengan seorang mantan mahasiswinya bernama
Yati. Setelah dikaruniai seorang putri, mereka bercerai. Istri Bima berselingkuh
dengan mantan pacarnya yang telah menduda dan memiliki hotel terkenal di
Yogyakarta. Pada usianya yang ke empat puluh tahun, Bima menikah lagi dengan
Setyawati. Ia sakit-sakitan dan akhirnya meninggal dunia.
Setelah kepergian istri keduanya, Bima meneruskan studinya di Jakarta,
menempuh Program S-3 di Universitas Indonesia. Di universitas tersebut Bima
berkenalan dengan Mega Larasati, yang selanjutnya disebut Mega, yang
sakaligus dijadikan sebagai kekasihnya. Baru saja mereka memadu asmara, Bima
meninggalkan Mega untuk mengadakan riset pustaka di Universitas Leiden,
Belanda. Kepergian Bima ke Belanda membuat kedua insan itu bersedih. Namun,
sebulan sebelum Bima berangkat ke Belanda, ia mengajak Mega ke Gunung
Bromo, Tengger, Jawa Timur.
Setelah hampir sehari-semalam di angkasa, akhirnya pesawat yang
ditumpangi Bima mendarat di Bandara Schipol. Di Belanda, berbagai kegiatan
dilakukan oleh Bima, di antaranya adalah belajar di perpustakaan KITLV dan
mengajar bahasa Jawa pada Mahasiswa Fakultas Sastra. Di antara 40
mahasiswanya, ada seorang gadis Belanda yang sering memperhatikan Bima,
namanya Mieke, bahkan, Mieke nekat menemui Bima setelah Bima selesai
mengajar Bahasa Jawa. Bima mengatakan kepada Mieke secara blak-blakan
bahwa dirinya seorang duda beranak satu. Setelah itu, Bima berusaha menghindar
dari Mieke.
Setelah Bima menghindar dari Mieke bukan berarti bebas dari perhatian
perempuan. Bima bertemu dengan Molara. Ia perempuan agresif dan selalu
mengajak Bima berjalan-jalan. Wajah Mega yang selalu terbayang tidak dapat
membuat iman Bima goyah, apalagi sampai beberapa kali Mega mengirim surat
untuk Bima.
Setelah Bima berada di Belanda selama setahun, ia menerima surat dari
putrinya, Banowati, yang menceritakan ibunya dengan ayah tirinya tidak
harmonis. Apabila liburan, Banowati akan menyusul ayahnya, Bima, yang berada
di Belanda. Banowati akan bersama ibunya, Yati. Hal itu membuat Mega
cemburu. Mega khawatir Yati akan memperalat Banowati agar Bima mau rujuk
dengan Yati, apalagi Banowati pernah membujuk agar Bima rujuk dengan Yati.
Suatu siang, Bima menjemput Banowati dan Yati di Bandara Schipol. Di
bandara tersebut Bima bertemu dengan Banowati dan Yati. Banowati dan Yati
menginap di International House, yang tempatnya tidak jauh dari tempat tinggal
Bima.
Selama di Belanda, Bima menemani Banowati dengan Yati berjalanjalan
mengelilingi
kota.
Sebagaimana
rasa
cemburu
yang
dialami
oleh
Mega,
Yati
berusaha
memikat hati Bima. Yati ingin mengulang masa lalu bersama Bima.
Akan tetapi, cinta Bima yang tulus akan dipersembahkan kepada Mega.
Setelah Banowati dan Yati pulang dari Belanda, Bima melakukan
aktivitas, yaitu belajar dan mengadakan riset. Pada tanggal 25 Agustus yang akan
datang, ia akan memberikan kejutan kepada Mega sehubungan dengan hari ulang
tahunnya. Bima ingin pulang ke Indonesia.
Bima menyayangi Anne. Bahkan, teman-teman Bima dari Indonesia
yang tinggal di Belanda menuduh Bima berpacaran dengan Anne. Mereka pernah
pulang dari café setelah tengah malam. Kedekatan Bima dengan Anne karena tiga
hal. Pertama, mereka memiliki kecocokan dalam banyak hal. Kedua, menurut
Bima, Anne adalah pribadi yang cantik dan menarik. Ketiga, jarak tempat tinggal
mereka relatif dekat sehingga pertemuan mereka dapat dilakukan sewaktu-waktu.
Hati Bima “bercabang”. Cabang yang satu mengharap cinta Mega, dan
cabang yang lain mengharap cinta Anne. Perasaan bersalah kepada Mega baru
terasa ketika Bima menerima surat darinya. Seakan-akan Mega mengetahui
sesuatu yang dilakukan oleh Bima di Belanda. Setelah bertemu dengan Anne, Bima pulang ke Indonesia. Bima ingin
membuat kejutan kepada Mega. Ia akan memberitahu kepulangannya kepada
Mega setelah sampai di Bandara Soekarno Hatta. Bima terkejut setelah menelepon
Mega, ia tidak berada di rumah. Menurut pembantunya, Mega berada di rumah
sakit. Tiga hari sebelumnya, rumah Mega disatroni perampok yang mengambil
barang-barang elektronik dan memperkosa Mega.
Setelah pulang dari rumah sakit, Mega dibawa seorang aktivis LSM
untuk merehabilitasi jiwa Mega. Tempatnya dirahasiakan untuk menghindar dari
kejaran para wartawan. Bima hanya mengetahui keadaan Mega dari Sari, aktivis
LSM tersebut.
Sehubungan dengan izin cuti Bima yang hampir habis, Bima berniat
pergi ke Yogyakarta dan menemui Banowati. Di Yogyakarta, Banowati merasa
sangat senang bisa bertemu dengan ayah kandungnya. Bahkan, Bima mengajak
Banowati dan Yati ke Tengger, Jawa Timur. Di tempat itu, mereka berjalan-jalan
untuk menikmati indahnya suasana alami. Sekembali dari Bromo, Bima hanya
bermalam di Yogya selama satu malam. Setelah itu, ia langsung ke Jakarta, ke
rumah Mega. Namun, Mega masih belum pulang. Bima menitipkan pesan kepada
Oom dan Tante Rio bahwa kepulangan Bima dari Belanda dalam rangka
merayakan hari ulang tahun Mega.
Setelah kembali ke Belanda, Bima kembali belajar dan mengadakan
riset. Ia bekerja keras. Prof. Ben, dosen pembimbing Bima, sangat salut terhadap
kerja keras Bima, tetapi Bima masih berkomunikasi dengan keluarga Mega dan
menanyakan kabarnya. Informasi dari Oom dan Tante Rio membuat Bima yakin
bahwa Mega akan tetap menerima Bima.
Riset pustaka yang dikerjakan Bima hampir selesai. Berdasarkan saran
Prof. Ben, Bima tidak boleh langsung menulisnya dalam bentuk disertasi, tetapi
Bima harus mengecek ulang data yang telah terkumpul. Setelah berada di
Indonesia, Bima menghadiri undangan makan malam keluarga Mega dan
sekaligus menemui Mega. Bima merasa betul-betul bersalah karena telah
mengkhianati Mega.
Bima menghadap Prof. Kresna, promotornya, untuk memberitahu bahwa
Bima akan tinggal di Tengger selama beberapa bulan. Bima mengagumi
pemandangan kawasan Bromo yang kaya flora dan fauna dengan telaga yang
indah serta air yang jernih. Selama riset itu, Bima tinggal bersama seorang dukun.
Ketika Bima berada di Tengger, Mega menyusulnya. Bima hampir tidak
percaya bahwa yang datang adalah Mega. Mereka saling melepas rindu. Mereka
merasakan kebahagiaan setelah lama tidak bertemu.