PENGARUH PEMBERIAN PERASAN DAUN BIDURI (Calotropis gigantea) TERHADAP JUMLAH MAKROFAG PADA JARINGAN GRANULASI PASCA PENCABUTAN GIGI
Abstract
Penggunaan tanaman atau ekstrak tanaman untuk tujuan pengobatan telah
berlangsung selama beribu-ribu tahun, dan herbalisme serta obat rakyat baik yang
kuno maupun yang modern, merupakan sumber terapi yang banyak manfaatnya.
Salah satu tanaman obat yang dapat digunakan sebagai obat adalah tanaman biduri
(Calotropis gigantea) yang mengandung saponin dan flavonoida yang dapat
berfungsi sebagai anti inflamasi atau anti radang. Salah satu tanda dari keradangan
adalah kemunculan makrofag untuk fagositosis. Oleh karena itu penulis ingin
mengetahui sejauh mana pengaruh perasan daun biduri konsentrasi 50% terhadap
jumlah makrofag pada jaringan granulasi pasca pencabutan gigi tikus putih.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian perasan daun
biduri pada tikus putih yang mengalami peradangan pasca pencabutan gigi.
Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi bahwa biduri mempunyai
kemampuan sebagai anti inflamasi.
Penelitian ini menggunakan 56 ekor tikus putih yang dibagi dalam 3
kelompok, 8 ekor tikus pada kelompok 1 diberi perasan daun biduri sebagai
kontrol positif, kelompok 2 terdiri dari 24 ekor tikus dilakukan pencabutan gigi
sebagai kontrol negatif dibagi dalam 3 sub kelompok, kelompok 3 terdiri dari 24
ekor tikus putih yang dilakukan pencabutan gigi dan diberi perasan daun biduri.
Pada kelompok kontrol negatif dan perlakuan tikus putih dibagi dalam 3 sub
kelompok, tiap sub kelompok terdiri dari 8 ekor tikus putih yang kemudian
dikorbankan pada hari ke-2, 4 dan 8. pada kelompok kontrol positif dikorbankan
pada hari ke-2. Setelah dikorbankan, tikus putih diambil rahangnya, dibuat
preparat jaringan dan diamati dengan mikroskop.
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji Two-way Anova
dan dilanjutkan dengan uji LSD.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata jumlah makrofag paling sedikit
pada kelompok tikus putih yang diberi perasan daun biduri dibandingkan dengan
kelompok yang lain. Efek anti inflamasi dari perasan daun biduri terlihat nyata
pada kelompok tikus putih yang dilakukan pencabutan dan diberi perasan daun
biduri yang menunjukkan jumlah makrofag lebih sedikit dibandingkan dengan
tikus putih yang hanya dilakukan pencabutan pada berbagai waktu pengamatan.
Rata-rata penurunan jumlah makrofag pada tikus putih yang dilakukan pencabutan
dan diberi perasan daun biduri lebih banyak terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke8.
Jumlah
makrofag
pada
kelompok
kontrol
(+) berbeda secara bermakna dengan
kelompok kontrol (-) dan perlakuan pada hari ke-2 hingga hari ke-8.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2086]