UJI LARVASIDAL EKSTRAK n-HEKSANA, KLOROFORM DAN METANOL DAUN ALPUKAT (Persea americana Mill.) TERHADAP LARVA Aedes aegypti
Abstract
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic
Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang
semua orang dan dapat mengakibatkan kematian. Penyakit DBD atau DHF
merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa
(KLB) di Indonesia.
Sampai saat ini masih belum ditemukan obat anti virus dengue yang
efektif maupun vaksin yang dapat melindungi diri terhadap infeksi virus dengue.
Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pencegahan untuk mengurangi penyebaran
DBD. Pemberantasan larva dianggap lebih efektif untuk dilakukan daripada
pemberantasan nyamuk dewasa. Hal ini dikarenakan nyamuk dewasa bisa terbang
dan hidupnya berpindah-pindah, sedangkan larva berada di tempat perindukan
yaitu berada dalam satu tempat yang tergenang air. Pemberantasan larva
dapat dilakukan dengan menaburkan Abate® 10 mg/100 liter air ke dalam bak air.
Penggunaan Abate® secara terus menerus juga dapat menyebabkan resistensi
larva nyamuk tingkat sedang.
Daun alpukat (Persea americana Mill.) mengandung zat-zat yang
berfungsi sebagai insektisida alami antara lain flavonoid, tanin, kuinon, saponin,
dan steroid/triterpenoid. Penelitian ini menggunakan ekstraksi berkelanjutan yang
metode penyariannya dengan cara perkolasi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui ekstrak manakah yang lebih efektif antara ekstrak n-heksana,
kloroform, dan metanol daun alpukat (Persea americana Mill.) sebagai larvasidal
terhadap larva Aedes aegypti.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental laboratoris
(True Experimental Design) dengan post test only control group design.
ix
Penelitian ini dilakukan dengan tiga kali pengulangan. Sampel yang digunakan
adalah larva Aedes aegypti instar III. Ada 3 ekstrak yang digunakan dalam
penelitian ini, dimana masing-masing ekstrak dibagi menjadi 5 perlakuan, yaitu
kelompok A dengan konsentrasi 0,2%, kelompok B dengan konsentrasi 0,4%,
kelompok C dengan konsentrasi 0,6%, kelompok D dengan konsentrasi 0,8% dan
kelompok K dengan konsentrasi 0%. Tiap perlakuan diberi 15 ekor larva. Hasil
perlakuan diamati setelah 24 jam. Hasil perlakuan dikatakan memiliki efektivitas
jika mampu membunuh larva Aedes aegypti dan dikatakan sebagai konsentrasi
paling optimal jika konsentrasi tersebut memiliki kemampuan membunuh larva
Aedes aegypti paling banyak.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa konsentrasi ekstrak nheksana,
kloroform dan metanol daun alpukat (Persea americana Mill.) yang
diberikan memiliki potensi larvasida terhadap nyamuk Aedes aegypti. Setiap
konsentrasi ekstrak daun alpukat (Persea americana Mill.) memiliki hasil yang
berbeda-beda, sebagaimana diperlihatkan dari hasil uji Kruskall-Wallis didapatkan
nilai p = 0,005 untuk kelompok perlakuan, sedangkan nilai p = 0,000 untuk
kelompok konsentrasi. Karena p < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa
setidaknya ada perbedaan mortalitas larva Aedes aegypti yang bermkana diantara
ekstrak n-heksana, kloroform, dan metanol. Disimpulkan juga bahwa setidaknya
ada perbedaan mortalitas larva Aedes aegypti yang bermakna diantara 5
konsentrasi.
Hasil analisis menggunakan uji probit menunjukkan bahwa LC50 dari
ekstrak n-heksana pada 0,414%, LC50 dari ekstrak kloroform pada 0,246%,
sedangkan nilai LC50 dari metanol pada 1,315%. Hal ini menunjukkan bahwa
ekstrak kloroform lebih efektif sebagai larvasida Aedes aegypti dibandingkan
dengan ekstrak n-heksana dan metanol. Semakin kecil nilai LC50 maka semakin
besar potensi ekstrak untuk membunuh larva, sedangkan semakin besar nilai LC50
maka semakin kecil potensi ekstrak untuk membunuh larva.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak n-heksana,
kloroform dan metanol daun alpukat (Persea americana Mill.) terbukti mempunyai
potensi sebagai larvasida pada Aedes aegypti.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]