dc.description.abstract | Karsinoma hepatoselular atau hepatoma adalah tumor ganas yang
menyebabkan kerusakan bentuk dan fungsi organ hati (Depkes RI, 2006).
Karsinoma hepatoselular merupakan kanker nomor lima tersering di Indonesia.
Dalam kelompok penyakit hati, kanker ini menduduki tempat terbanyak ketiga
setelah sirosis hati dan hepatitis virus. Di Indonesia, kanker ini mematikan lebih
dari satu juta orang per tahun (Rasyid Abdul, 2006). Saat ini sedang gencar
dilakukan pengembangan penelitian untuk mengobati dan mencegah perjalanan
dari karsinoma hepatoselular. Beberapa pengobatan terhadap karsinoma
hepatoselular adalah dengan cara pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.
Namun cara tersebut masih mempunyai kendala selain biaya yang mahal, efek
samping terhadap tubuh masih ditemukan. Saat ini mulai dikembangkan
pengobatan dan pencegahan untuk kanker yang berasal dari alam sehingga dapat
dikonsumsi dan aman bagi tubuh. Salah satu tanaman yang diketahui dapat
mencegah sekaligus menghambat proliferasi dari sel kanker adalah kedelai
(Darma et al., 2008)
Terdapat beberapa komponen dalam kedelai yang dipercaya mempunyai
sifat anti kanker. Senyawa tersebut antara lain : inhibitor protease, phitat, saponin,
phitosterol, asam lemak omega-3 dan isoflavon. Diantara anti kanker tersebut,
perhatian terbesar ditunjukan terhadap isoflavon. Mekanisme yang banyak
diketahui sebagai anti kanker dari isoflavon adalah menghambat aktivitas enzim
penyebab kanker, aktivitas antioksidan dan meningkatkan fungsi kekebalan sel
(Koswara, 2006). Antioksidan dari isoflavon dalam sari kedelai tersebut juga
dapat menghambat produksi oksigen reaktif, sehingga menurunkan radikal bebas.
Pada sel kanker, isoflavon dapat memutuskan untaian DNA pada apoptosis dan
membantu mengendalikan pertumbuhan sel yang tidak diinginkan yang
disebabkan hilangnya regulasi sinyal pertumbuhan dan penekan pertumbuhan
karena rusaknya DNA (Asih, 2009). Berdasarkan hal tersebut, kedelai berpotensi
sebagai agen kemopreventif baru untuk karsinoma hepatoselular, maka dilakukan
penelitian ilmiah lebih lanjut untuk mengetahui apakah sari kedelai mempunyai
pengaruh terhadap gambaran sel anaplasi pada karsinoma hepatoselular tikus
wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi 7,12-Dimetilbenz (a)antrasen (DMBA.
Jenis penelitian ini adalah true experimental laboratories (Pratiknya, 2003)
dengan desain Post Test Only Control Group Design. Pemilihan subjek penelitian
untuk pengelompokan dan pemberian perlakuan dengan menggunakan
randomisasi (Notoatmodjo, 2002) dengan 2 kelompok kontrol, yaitu kontrol
negatif (pur dan aquadest) dan kontrol positif (DMBA) serta 3 kelompok
perlakuan, yaitu P1 (sari kedelai dosis 5 mg/hari), P2 (sari kedelai dosis 10
mg/hari), dan P3(sari kedelai dosis 20 mg/hari).
ix
Berdasarkan penelitian ini sari kedelai terbukti mempunyai pengaruh
terhadap gambaran histopatologi sel anaplasi pada karsinoma hepatoselular, yaitu
dapat menurunkan jumlah sel anaplasi pada karsinoma hepatoselular tikus wistar
(Rattus norvegicus) yang diinduksi DMBA dan didapatkan dosis optimal sari
kedelai sebesar 20 mg/hari. | en_US |