PENGARUH SARI KEDELAI (Glycine max L.) TERHADAP APOPTOSIS SEL PADA KANKER PARU TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI 7,12-Dimetilbenz(a)antrasen (DMBA)
Abstract
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran nafas
atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang
tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel jaringan yang normal. Kanker paru
menduduki urutan kedua penyebab utama kematian seseorang akibat kanker,
setelah kanker payudara (Nurmaya, 2010). Penemuan suatu agen pencegah
kanker yang berasal dari alam kian diminati oleh masyarakat karena bahan alam
tidak berbahaya bagi tubuh mengingat terapi kanker yang selama ini memiliki
efek samping yang sangat berbahaya terhadap tubuh kita. Untuk itu diperlukan
suatu usaha dalam rangka menggali potensi alam khususnya di Indonesia sebagai
alternatif pengobatan kanker terutama sebagai agen kemopreventif (Li et al.,
1999).
Salah satu komponen yang terdapat dalam kedelai yang bersifat anti kanker
yaitu isoflavon. Mekanisme anti kanker dari isoflavon adalah menghambat
aktivitas enzim penyebab kanker, aktivitas anti oksidan dan meningkatkan fungsi
kekebalan sel (Koswara, 2006). Kedelai berpotensi sebagai agen kemopreventif
baru untuk kanker paru, maka dilakukan penelitian ilmiah lebih lanjut untuk
mengetahui apakah sari kedelai (Glycine max L.) mempunyai pengaruh terhadap
apoptosis sel pada kanker paru tikus wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi
7,12-Dimetilbenz (a)antrasen (DMBA).
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
eksperimental laboratoris (Pratiknya, 2003) dengan rancangan penelitian yang
digunakan adalah post test only control group design. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan pada penelitian ini adalah simple random sampling dengan 2
kelompok kontrol, yaitu kontrol negatif (pemberian pur dan aquadest) dan kontrol
ix
positif (pemberian DMBA) serta 3 kelompok perlakuan, yaitu P1 (pemberian
DMBA dan sari kedelai dosis 5mg/hari), P2 (pemberian DMBA dan sari kedelai
dosis 10 mg/hari), dan P3 (pemberian DMBA dan sari kedelai dosis 20 mg/hari).
Setiap kelompok perlakuan dilakukan pengamatan apoptosis sel dengan
pemeriksaan histopatologi menggunakan pewarnaan imunohistokimia dengan
Terminal Transferase and Biotin-16-dUTP (TUNEL Fluorescent Method) pada
mikroskop cahaya dengan pembesaran 400 kali dalam 10 lapang pandang. Hasil
dari pemeriksaan didapatkan rerata jumlah apoptosis sel paru tikus tiap kelompok
adalah K(-) = 20,6; K(+) = 31,4; P1 = 31; P2 = 37,2; P3 = 46,6 tiap lapang pandang.
Berdasarkan penelitian ini sari kedelai (Glycine max L.) terbukti dapat
meningkatkan apoptosis sel pada kanker paru tikus wistar (Rattus norvegicus)
yang diinduksi DMBA dan didapatkan adanya pengaruh pemberian dosis sari
kedelai terhadap apoptosis sel pada kanker paru yang paling efektif dalam
penelitian ini adalah sebesar 20 mg/hari.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]