PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT YANG DIINDUKSI ALOKSAN
Abstract
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya. Diabetes melitus yang tidak diobati dengan baik dapat mengarah
ke komplikasi akut maupun komplikasi kronis diabetes melitus, sehingga
diperlukan upaya untuk mengontrol kadar glukosa darah penderita diabetes
melitus, salah satunya dengan obat antidiabetes oral.
Obat antidiabetes oral yang biasa dikonsumsi masyarakat Indonesia adalah
obat antidiabetes modern dan obat antidiabetes tradisional. Saat ini, banyak
dilakukan penelitian uji tanaman obat, salah satunya tanaman obat antidiabetes,
dengan harapan ditemukan bahan obat antidiabetes dari alam yang memiliki efek
analog dengan obat kimia dan rendah efek samping. Salah satu tanaman yang
memiliki khasiat antidiabetes adalah buncis (Phaseolus vulgaris L.).
Buncis mengandung senyawa aktif antara lain alkaloid, antrakuinon,
katekin, tanin, flavonoid, polifenol, dan triterpenoid. Senyawa triterpenoid
merupakan komponen aktif yang memiliki efek antidiabetes.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak
etanol buncis terhadap penurunan kadar glukosa darah mencit yang diinduksi
aloksan. Dalam penelitian ini menggunakan sampel berupa mencit jantan galur
balb-c umur 2-3 bulan dengan berat badan 20-30 g sebanyak 21 ekor. 21 ekor
mencit tersebut kemudian dibagi ke dalam 3 kelompok dan dilakukan
penginduksian dengan aloksan dosis 150 mg/kg BB secara i.p. Mencit yang telah
diabetes (kadar glukosa darah ≥ 150 mg/dL) kemudian diberikan perlakuan sesuai
kelompok perlakuan, yaitu kelompok kontrol negatif (K-) diberi larutan CMC-Na
1% 0,2 ml p.o saat makan, kelompok ekstrak etanol buncis (P) diberi ekstrak
etanol buncis dosis 300 mg/kg BB yang dilarutkan dalam 0,2 ml larutan CMC-Na
ix
1% secara p.o saat makan, dan kelompok kontrol positif (K+) diberi metformin
dosis 1,3 mg yang dilarutkan dalam 0,2 ml larutan CMC-Na 1% secara p.o saat
makan. Perlakuan tersebut diberikan 1 kali sehari selama 7 hari. Hari ke-8, mencit
diperiksa kadar glukosa darah puasanya (setelah mencit dipuasakan terlebih
dahulu selama 16 jam) dengan menggunakan glukometer digital merk Gluko M.
Data berupa kadar glukosa darah hari ke-8 dan penurunan kadar glukosa darah (Δ
KGD) dianalisis dengan uji One Way ANOVA, dan dilanjutkan dengan uji LSD
(Least Significantly Difference).
Hasil pengukuran kadar glukosa darah hari ke- 8 menunjukkan, kadar
glukosa darah kelompok esktrak etanol buncis (P) lebih tinggi daripada kelompok
kontrol negatif (K-) dan kelompok kontrol positif (K+), dengan rata-rata kadar
glukosa darah berturut-turut 233,86 mg/dL; 222,14 mg/dL; 116,14 mg/dL. Hasil
uji LSD menunjukkan, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar
glukosa darah kelompok ekstrak etanol buncis (P) dengan kelompok kontrol
negatif (K-), dan menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan antara kadar
glukosa darah kelompok ekstrak etanol buncis (P) dengan kelompok kontrol
positif (K+).
Sedangkan berdasarkan penurunan kadar glukosa darah (Δ KGD),
kelompok ekstrak etanol buncis (P) memiliki penurunan kadar glukosa darah lebih
besar daripada kelompok kontrol negatif (K-) dan kelompok kontrol positif (K+),
dengan rata-rata penurunan kadar glukosa darah berturut-turut 173,86 mg/dL;
67,86 mg/dL; 139,29 mg/dL. Hasil uji LSD menunjukkan, terdapat perbedaan
yang signifikan antara penurunan kadar glukosa darah kelompok ekstrak etanol
buncis (P) dengan kelompok kontrol negatif (K-), dan tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan antara penurunan kadar glukosa darah kelompok
ekstrak etanol buncis (P) dengan kelompok kontrol positif (K+).
Ekstrak etanol buncis dosis 300 mg/kg BB memiliki efek menurunkan
kadar glukosa darah lebih besar daripada kontrol negatif dan kontrol positif
(metformin) disebabkan karena mekanisme kerja metformin berkaitan dengan
peningkatan ambilan glukosa di jaringan perifer (terutama otot), dan tidak
memiliki efek terhadap fungsi sel β pankreas, sedangkan buncis memiliki efek
x
meningkatkan ambilan glukosa di otot, dan berpengaruh terhadap fungsi sel β
pankreas. Buncis memiliki kandungan zat aktif triterpenoid yang berfungsi
sebagai antidiabetes. Di ekstra pankreatik, triterpenoid mampu menstimulasi
translokasi GLUT 4 ke membran sel otot melalui peningkatan aktivitas AMPactivated
protein kinase (AMPK), sehingga terjadi peningkatan ambilan dan
penggunaan glukosa oleh otot, yang berakibat menurunya kadar glukosa darah.
Sedangkan di pankreas, triterpenoid mampu menghambat produksi TNF-α akibat
aktivitas ROS (Reactive Oxygen Species) yang dihasilkan dari siklus redoks
aloksan, sehingga efek kerusakan pada sel β pankreas lebih rendah.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]