JI DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL DAN REBUSAN DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle) SEGAR TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans
Abstract
Latar belakang yang mendasari diadakannya penelitian ini adalah Indonesia
memiliki lebih kurang 30.000 spesies tumbuhan dan 940 spesies di antaranya
termasuk tumbuhan berkhasiat, 180 spesies telah dimanfaatkan oleh industri jamu
tradisional (Dalimartha, 2005: 25). Salah satu tumbuhan yang biasa digunakan oleh
masyarakat untuk dijadikan obat herbal yaitu sirih (Pipper betle L.) Hal ini karena
sirih mengandung zat antiseptik yang mampu membunuh kuman. Bagian yang
digunakan daun, getah dan minyaknya. Minyak atsiri dari daun sirih mengandung
seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan chavicol yang memiliki daya
mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida. Sirih berkhasiat menghilangkan bau
badan yang ditimbulkan bakteri dan cendawan. Salah satu jamur yang menginfeksi
manusia adalah spesies Candida albicans. Jamur ini bersifat patogen dan akan
menyebabkan penyakit infeksi jamur yang disebut kandidiasis yaitu penyakit pada
selaput lendir, mulut, vagina dan saluran pencernaan (Pelczar dan Chan, 1986).
Candida albicans dikenal sebagai jamur dimorfik yaitu bisa berupa yeast dan
myselium, yang secara normal ada pada saluran pencernaan, saluran pernafasan
bagian atas dan mukosa genital pada mamalia tetapi populasi yang meningkat dan
bila Candida ini berupa mycelium dapat menimbulkan masalah, Candida albicans
dianggap sebagai spesies patogen dan menjadi penyebab utama kandidiasis. (Januar,
2009: 15)
Pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Diah Sudiarti (2010)
didapatkan hasil bahwa ekstrak n-Heksana daun sirih hijau tidak berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan C. albicans, sedangkan pada rebusan dengan menggunakan daun kering terdapat perbedaan yang signifikan dapat menghambat
pertumbuhan C. albicans pada konsentrasi tertentu, atau dapat dikatakan ekstrak nHeksana
sirih hijau (Piper betle L.) tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan C.
albicans sedangkan rebusan saun sirih hijau (Piper betle L.) berpengaruh sangat
signifikan terhadap pertumbuhan C. albicans. Selain itu n-Heksana merupakan
pelarut non polar, sehingga n-Heksana hanya melarutkan senyawa non polar saja
sedangkan senyawa anti fungi adalah senyawa yang bersifat polar yaitu tannin dan
alkaloid, maka dari itu diperlukan pelarut polar atau pelarut universal untuk
melarutkan senyawa polar yang ada dalam daun sirih.
Penelitian ini berjenis penelitian eksperimental laboratories dan rancangan
acak lengkap (RAL), yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan
manipulasi terhadap obyek penelitian serta adanya kontrol dan dilakukan di dalam
laboratorium (Nazir, 1998:24). Konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah 1%, 2%,
3%, 4%, 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, 30%, 35%, 40%, 45%, dan 50%. Sedangkan
konsentrasi rebusan yang digunakan adalah 5%, 10%, 15%, 20%, 21%, 22%, 23%,
24%,25%, 30%, 35%, 40%, 45%, dan 50% yang diperoleh dari hasil uji akhir.
Berdasarkan hasil uji statistik Anova dapat diketahui bahwa daya hambat ekstrak
etanol daun sirih hijau (P. Betle) bahwa terdapat perbedaan yang signifikans daya
hambat antar serial konsentrasi ekstrak dan rebusan daun sirih hijau (P. betle)
terhadap pertumbuhan C. albicans. Hasil penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun sirih hijau dan rebusan daun sirih hijau
segar dapat menghambat pertumbuhan C. albicans hal tersebut dapat diketahui dari
adanya zona hambatan yang terbentuk di sekeliling sumuran. Zona hambatan yang
terbentuk memiliki ukuran yang berbeda pada masing-masing konsentrasi. Semakin
kecil konsentrasi, maka semakin sedikit zat aktif yang terdapat di dalam ekstrak dan
rebusan, sehingga semakin rendah kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan
C. albicans. Semakin tinggi konsentrasinya maka semakin tinggi pula kemampuan
dalam menghambat pertumbuhan jamur juga semakin besar (Schlgel & Schmidt,
1994:234).