FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTAK POSITIF DIFTERI DI KABUPATEN JEMBER
Abstract
Difteri masih menjadi masalah di dunia, penyakit ini mulai bermunculan
kembali di beberapa provinsi di Indonesia. Jawa Timur termasuk salah satu daerah
endemis difteri, dari tahun ke tahun kasus difteri menyebar di beberapa
kabupaten/kota. Di Kabupaten Jember, kasus difteri mengalami peningkatan dari
tahun 2009 dengan 2 kasus menjadi 6 kasus pada tahun 2010. Kontak orang dengan
difteri dapat menjadi carrier (orang yang terinfeksi dengan Corynebacterium
diphteriae tetapi yang tidak memiliki gejala-gejala penyakit dan merupakan sumber
penularan potensial). Jika tidak segera dicari penyebabnya, maka bisa saja jumlah
kasus difteri di Kabupaten Jember akan terus meningkat dari tahun ke tahun.
Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor yang mempengaruhi kontak positif di
Kabupaten Jember.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang bersifat analitik
observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di 6
wilayah kerja puskesmas di Kabupaten Jember. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua individu kontak difteri yang menjalani pemeriksaan laboratorium pada tahun
2010 dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. Sampel yang digunakan berjumlah 61
orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik proporsional
random sampling karena untuk menghindari pengambilan sampel yang terpusat pada
satu wilayah kerja puskesmas dan simple random sampling dimana semua anggota
subpopulasi mempunyai peluang yang sama menjadi sampel penelitian. Analisis data
yang digunakan adalah dengan uji regresi logistik dengan α = 0,05 karena variabel
dependen berbentuk kategorikal.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang secara signifikan
mempengaruhi terjadinya kontak positif difteri di Kabupaten Jember adalah umur
dengan p-value 0,042 dan keeratan kontak dengan p-value 0,001. Sedangkan faktor
yang paling mempengaruhi terjadinya kontak positif difteri adalah keeratan kontak
dengan risiko 12,4 kali lebih besar pada kontak difteri serumah dibandingkan pada
kontak difteri tetangga, teman sekolah maupun teman bermain.
Saran yang dapat diberikan adalah agar dilakukan pemberian profilaksis
dengan antibiotik eritromicin, pemberian masker pada kontak positif difteri, ditunjuk
pengawas minum obat dalam pemberian profilaksis, pemberian dosis imunisasi
diphteria toxoid (Td) tambahan pada usia remaja dan dewasa, dan dilakukan
sosialisasi kepada masyarakat terkait penyimpanan kartu kesehatan.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]