TINGKAT KECEMASAN PADA ORANG TUA DENGAN ANAK YANG MENGALAMI CACAT MENTAL PADA SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN C TAMAN PENDIDIKAN DAN ASUHAN JEMBER
Abstract
Menurut data SUSENAS tahun 2000, prevalensi penyandang cacat di
Indonesia mencapai 1,46 juta penduduk atau sekitar 0,74 % dari total penduduk
Indonesia (197 juta jiwa) pada tahun itu. Persentase penyandang cacat di daerah
pedesaan adalah 0,83 % lebih tinggi dibandingkan dengan persentase penyandang
cacat di daerah perkotaan yang jumlahnya 0,63 % .
Permasalahan penyandang cacat timbul karena adanya gangguan pada fisik
mereka yang menghambat aktivitas-aktivitas sosial, ekonomi maupun politik
sehingga mengurangi haknya untuk beraktivitas penuh dalam segala aspek kehidupan
dan penghidupan. Faktor lingkungan sosial juga mempengaruhi para penyandang
cacat dalam kehidupan sehari-hari. Keluarga dan lingkungan tetangga merupakan
hambatan utama bagi anak–anak atau orang dewasa penyandang cacat untuk turut
berperan serta di dalam semua aktifitas sosial masyarakatnya. Masih banyak
penduduk Indonesia yang memandang negatif terhadap keberadaan penyandang cacat
sebagai orang yang tidak punya kemampuan untuk berkembang
Dilihat dari respon keluarga terhadap kecacatan, hampir semua keluarga
mengalami proses duka cita yang mendalam. Proses ini dapat berlarut-larut dan tidak
berakhir sehingga berakibat pada penyangkalan yang mengganggu proses
penerimaan, tapi ada juga keluarga yang tidak menjadi rentan malah semakin kuat
atau tabah dalam menghadapi kecacatan. Keluarga akan dihadapkan pada pandangan
masyarakat baik yang bersifat menolak atau menerima penyandang cacat.
Dari uraian tersebut, terlihat bahwa hubungan yang negatif diantara
penyandang cacat, keluarga dan masyarakat, berdampak pada konsekuensi negatif
yang dihadapi oleh penyandang cacat, keluarga dan masyarakat. Keadaan inilah yang
akhirnya menimbulkan kondisi ketidakberdayaan penyandang cacat. Akibat dari
ketidakberdayaan dan penerimaan dari masyarakat yang cenderung negatif dan
menolak keberadaannya, sering kali keluarga terutama orang tua penyandang cacat
ini akan mengalami berbagai gangguan jiwa berkaitan dengan masa depan anggota
keluarga atau anaknya tersebut. Orang tua penyandang cacat ini cenderung
mengalami depresi, cemas, dan gangguan jiwa lainnya.
Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan yang bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya kecemasan, dan tingkat kecemasan pada orang tua dengan
anak yang anak yang mengalami cacat mental pada Sekolah Luar Biasa Bagian C
Taman Pendidikan Dan Asuhan Jember. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
agar adanya pendekatan psikologis untuk mengantisipasi dan mengurangi terjadinya
kecemasan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif. Penelitian ini dilakukan di
Sekolah Luar Biasa Bagian C Taman Pendidikan dan Asuhan Jember pada bulan
September 2009.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada kecemasan sebanyak 5 orang
responden dari total 32 orang responden dengan persentase 16% dan pada kategori
cemas terdapat 27 orang responden dari total 32 orang responden dengan persentase
84%.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat kecemasan pada sebagian besar
orang tua dengan anak yang mengalami cacat mental. Kecemasan yang paling banyak
terjadi adalah kecemasan ringan.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1506]